Lewat trotoar yang sunyi itu ia menepi dari hirukpikuknya asap dan bising knalpot.
Malam turun dengan sedikit murung. Lampu kota membuka matanya dengan keluhan-keluhan khas pegawai rendahan di pabrik-pabrik kapitalis.
Lewat trotoar yang sepi itu ia menghibur hatinya. Sesekali bercerita tentang nasibnya yang selalu gagal dalam banyak hal - pada udara - yang terkadang sangat dibencinya itu.
"Udara hari ini adalah sekumpulan kejahatan yang harus dimusnahkan secepatnya" demikian ia pernah membisikiku suatu ketika.
Sepanjang malam, ia meringkuk di trotoar yang disediakan pemerintah baik-baik saja itu dengan seekor kucing betina yang tengah menyusui ketiga putrinya.
Surabaya
29/8/2019