Supaya lebaran semakin meriah, toples kaca sengaja dandan lebih modis. Ia dengan gembira menyambut keripik pisang yang dituang pemilik rumah. keripik pisang yang tadinya murung, nampak menjadi gembira.
Mereka bertukar kabar. Tentang apa saja. Bahkan juga dengan gayeng ngobrol urusan manusia.
Di meja keramik itu, toples kaca yang penuh berisi keripik pisang itu tidaklah sendiri. Di sebelahnya berdiri pula kawannya. Tentu saja dengan isi yang berbeda. Meski begitu, toples-toples itu rukun satu dengan lainnya.
"Siapapun yang paling laris diambil tamu, jangan sampai membuat kita pecah persaudaraan" ujarnya suatu pagi. Tepat ketika khotib shalat idul Fitri memungkasi khotbah kedua.
Hampir lima hari berlalu. Toples-toples beserta isinya sudah lupa cara gembira. Tak satupun tamu tiba di rumah itu. Juga di rumah-rumah lainnya.
Sementara di beranda media sosial, pemilik rumah memasang foto meja keramik beserta toplesnya.
Sementara tetangganya, sibuk memasang foto keluarga sembari mohon maaf atas segala khilaf.
"Apapun ceritanya, tetap semangat menyambut lebaran yang akan tiba." ujar toples kaca pada dirinya sendiri di lemari ruang tamu yang gelap dan pengap.
Lumajang, 7 Juni 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H