Durasi kerja, menjadi salah satu rumusan ketika kita menengok sejarah perayaan hari buruh. Durasi kerja harus memanusiakan manusia. Proporsional.
Beban kerja yang melebihi kapasitas manusia adalah tindakan brutal. Maka ia harus ditentang. Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Demikian epik bunyi sila kelima.
Maka, mari kita melihat catatan penting sekaligus memilukan tentang pemilu 2019. Kedewasaan berdemokrasi. Klaim kemenangan dan klaim curang. Menurunnya angka golput. Terakhir, korban jiwa yang melayang.
Fokus catatan terakhir. Ada yang bilang, perlu dibuatkan monumen dengan nama-nama korban meninggal sebagai pahlawan demokrasi. Usulan pemberian santunan. Dan lain sebagainya.
Berapa jiwa yang menjadi "martir demokrasi"?
Satu nyawa, dua nyawa, hingga 300-an lebih. Dan masih mungkin bertambah. Lalu kita masih getol menyebut mereka yang meninggal sebagai pahlawan demorasi?
Sementara pihak yang mempunyai kuasa, entah siapa itu, tidak satu pun berujar: Mohon maaf atas tragedi ini. Saya bertanggung jawab penuh. Saya mundur dari jabatan yang saya emban.
Apakah pikirannya ketika yang meninggal di angka 10: ah masih 10. Lalu 20 jiwa: ah masih 20. Dan seterusnya. Mengerikan.
Apa mungkin masalah ini masih kurang penting dengan misalnya mendebatkan kecurangan, klaim kemenangan, pemindahan ibu kota.
Lalu apa penyebab kepergian pahlawan demokrasi itu?
Selain takdir dari Yang Maha Kuasa, ada yang namanya Beban Kerja. Beban kerja yang sangat brutal. Beban kerja yang melebihi kapasitas manusia.