Lihat ke Halaman Asli

Orkestra Hujan

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

ada yang berbeda. kalender di rumahmu tampak lebih segar.
aku tak bosan berbincang dengannya.
menghirup kopi sambil terbata-bata melafalkan angka.
berawal satu, lalu dua, kemudian tiga, dilanjut empat, disambung enam, disusul tujuh, di emmm...
istrimu selalu mengagetkanku. tepat sebelum angka itu.

pernah diam-diam aku masuk ke rumahmu. berjingkat mendekati kalendermu.
berawal satu, lalu dua, kemudian tiga, dilanjut empat, disambung enam, disusul tujuh, di emmm....
istrimu selalu mengagetkanku. nyaris ketika kusebut angka itu.

seperti biasa, kamu selalu tertawa mendengar cerita istrimu.
bahkan sangat kompak: kalian menyebutku gila

berawal satu, lalu dua, kemudian tiga, dilanjut empat, disambung enam, disusul tujuh, di emmm...
terputus. hujan awal masehi tak menentu
mesiu-mesiu masih tersimpan di mesium-mesium kota
harga elpiji 12 kg berjajar teratur dihibur orkestra hujan

sementara kalendermu masih menyimpan pesona.
cerita cerita dan sebagainya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline