Lihat ke Halaman Asli

Ahok (Memilih) Melawan Sendirian Lawan Politiknya

Diperbarui: 17 Juni 2015   10:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin saya melihat maupun membaca Ahok menggalang dukungan dari beberapa petinggi negeri (missal Presiden dll) kemudian menyerahkan bukti-bukti anggaran siluman yang ada di APBD DKI kepada lembaga anti rasuah Indonesia/KPKPemimpin, apakah Ahok cukup dapat untuk melawan para anggota DPRD DKI Jakarta (dengan Hak Angket-nya)? Saya tidak menafikan dukungan para pengagum Ahok utamanya di Medsos Kompasiana (maupun lainnya) ataupun demostrasi yang cukup besar belakangan ini. Tetapi yang belum dipetakan oleh Ahok adalah:


  1. Eksekutor utama pengguna program dan anggaran adalah pihak user/birokrat /SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah)/Dinas terkait,(catatan: umumnya penentu terakhir kebijakan program dan anggaran ada di Pejabat yang berwenang apalagi melibatkan dana yang cukup besar);
  2. Apakah Ahok sudah memastikan bahwa adanya program dan anggaran siluman tersebut hanya diusulkan oleh oknum anggota dewan DPRD DKI atau malah pihak oknum SKPD juga ikut bermain, (mestinya Ahok juga harus fair apakah anak buahnya ikut terlibat/terancam, ini terkait kredibilitas Ahok juga);
  3. Gubenur adalah jabatan politik, jadi asas trias-politika terkait kesejajaran dengan lembaga lain muntlak diperlukan, Ahok merasa lembaga lain sangat bermasalah (Harusnya Ahok hidup dijaman ORBA, jika Pak Harto dukung Ahok pasti aman, karena saat itu anggota Dewan sudah minder duluan dengan tipe pemimpin seperti Ahok);
  4. Komunikasi Politik Ahok sangat parah, mestinya Ahok ingat bahwa dia sangat rentan terhadap dukungan politik real tidak hanya Partai Pendukung dan saya yakin Jokowi ataupun namanya nggak ngaruh untuk memback-up Ahok;
  5. Namanya manusia pasti punya titik lemah, Ahok lupa bahwa, masyarakat real-pun banyak yang tidak suka dengan Ahok baik yang kadarnya sangat besar maupun yang hanya diam saja. Bagi pendukung Ahok mungkin melihat yang melawan Ahok pasti koruptor, Islam radikal maupun, Orba-lah lainnya. Tetapi mereka lupa jika ada pakar keilmuan maupun ulama yang bersih mungkin tidak sependapat dengan cara Ahok memimpin;
  6. Kalau dengan kaca agama saya, sehebat-hebatnya, semampu-mampunya maupun secanggih-canggihnya manusia, kalau dia sombong tunggu saja kehancurannya!, menurut saya tidak bisa ditawar-tawar;
  7. Saya tidak yakin kalau Ahok rela dipecat, Ahok pasti akan terus bersuara untuk menjadi dukungan baik lewat sponsor maupun lewat lainnya. Saya yakin Ahok justru sangat menikmati kekuasaan malah cenderung mendominasi dan menafikan keberadaan orang/lembaga lain. Bahayanya wahai kompasianer budiman, jika dia berlanjut pada kekuasaan muntlak maka tipe karekteristik Ahok cenderung untuk ditaktor akhirnya lagi2 ya korup juga ini hukum alam yang sudah diteorikan sejak jaman Yunani/Romawi dulu.


Mungkin banyak artikel di kompasiana ini yang sangat mendukung Ahok dengan menyampaikan adanya anggaran siluman dan dampak kerugiannya, tetapi tidak melihat subtansi permasalahan pola dari Manajerial dan Kepemimpinan Ahok sebagai Gubenur sebagai pejabat politik sekaligus Pemimpin Birokrasi Pemerintahan DKI. Pemimpin yang baik mestinya tidak hanya mempunyai kapasitas dan kemampuan yang lebih untuk memimpin suatu organisasi. Pemimpin harusnya dapat memahami habitat/ lingkungan apakah organisasi-nya?. Semoga Ahok segera sadar, jikapun pendukung-nya menilai Ahok semulia, sebagus, secanggih apapun niat dan tujuannya, kalau dengan cara kesombongan dan konfrontatif justru akan menuai hasil negative malah kehancuran yang didapat. Wallahualam………..




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline