Lihat ke Halaman Asli

Maruntung Sihombing

Karya Nyata bukan Karya Kata

Desa Aekraja Bisa Jadi Lumbung Kopi di Taput, jika...

Diperbarui: 30 Januari 2020   15:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Petani Kopi sedang memilah kulit kopi dengan bijinya | dokpri

Di Papua kerap saya bertukar pikiran dengan beberapa orang dari berbagai suku. Setiap diskusi berlangsung, mereka sering menanyakan "apa mata pencaharian di kampungmukah," tanya mereka. 

"Berkebun kopi," jawabku spontan. 

Maka, setiap ada orang yang bertanya, jawaban yang sama selalu saya lontarkan. Paling kalau ditanya selain itu, aku jawab saja, "martobbak tu Hamijjon" kalau tidak "bertani padi si sawah". 

Kalaupun jawabanku ini salah, atau kurang berkenan di hati kita semua, maka tulisan ini bisa disanggah lewat tulisan ataupun kementar di kolom yang sudah disediakan ya? Hehehe..

Jadi, poin yang mau saya sampaikan begini. Pertama, kita harus membuat semacam branded atau ciri khas desa kita agar desa kita bisa dikenal orang. Misalnya saja Sidikalang terkenal dengan Kopi Sidikalangnya, atau misalnya Sisordak yang terkenal dengan jeruk Sisordaknya, atau bahkan Karo yang terkenal dengan tanaman palawijanya. 

Dan masih banyak desa lain yang mempunya branded masing-masing. Jangan sampai orang mendengar kata Desa Aekraja, dia bilang,'saya tidak tahu dimana itu', atau paling ngeri, 'dang masuk peta rai ake' ninna muse (margait da) Hehehehe

Kedua, pernahkah kita berpikir misalnya jika kelak desa yang kita cintai, Desa Aekraja bisa jadi lumbung kopi terbesar di Kabupaten Tapanuli Utara? Mengingat hampir mayoritas masyarakatnya berkebun kopi. 

Kalau kita mau, kopi bisa sebetulnya kita buat menjadi nilai tawar desa kita. Apalagi, setelah Perhimpunan Muda-Mudi Parmonangan Timur (PER-PARTIM) sudah memprogramkan akan memberikan seratus biji bibit kopi unggul ke setiap masyarakat yang ada di Parmonangan Timur. 

Tentu selain perencanaan pembagian bibit unggul kopi ini, langkah yang lain juga tentu perlu diusung seumpama melakukan peremajaan terhadap kopi yang sudah berumur puluhan tahun, menanam bibit kopi unggul, memperhatikan pH tanah, serta kecocokan dengan iklim tropis dan subtropis.

Mungkinkah ini terjadi? Mungkin. Semua bisa terjadi. Asal semua saling berkerjasama dan sama-sama bekerja. 

Memang tidak bisa terjadi seperti membalikkan tangan atau dengan bimsalabim. Perlu waktu, usaha dan proses yang matang. Sudah waktunya kita maju bergerak. Karena masa depan yang sebetulnya ada di desa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline