Keputusan Gubernur Papua Lukas Enembe memilih Christian Sohilait menjadi Kepala Dinas Pendidikan, Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Papua adalah keputusan yang sangat tepat. Dengan segudang pengalaman dan sepak terjang yang dimiliki Christian Sohilait terutama dalam bidang pendidikan selama ini, menjadi modal yang sangat kuat baginya dalam membangun pendidikan Papua ke arah yang lebih baik. Untuk itu, saya akan ajak kita semua untuk lebih mengenal lebih dekat kiprah, kepiawaian, ide, gagasan serta sepak terjang Christian Sohilait selama ini dalam mendobrak dan membangun pendidikan di Pegunungan Tengah Papua, Kabupaten Lanny Jaya.
Di Pegunungan Tengah Papua, dia menjadi sosok yang disegani sekaligus diakui kiprahnya serta kepemimpinannya. Ia dekat dengan guru, siswa-siswi, masyarakat, pemuda, tokoh agama, tokoh intelektual dan semua lapisan masyarakat yang ada di pegunungan tengah Papua khususnya di Kabupaten Lanny Jaya. Bagi Christian Sohilait, tugas dan amanatnya sebagai pemimpin di daerah Papua dimaknai sebagai bentuk pelayanan kepada semua elemen masyarakat tanpa membeda-bedakan antara satu dengan yang lain.
Baginya semua sama tanpa memandang bulu, warna kulit, agama bahkan suku. Menariknya, kalau umumnya pemimpin doyan untuk dilayani, sosok Christian Sohilait malah tampil dengan warna beda untuk "melayani" para masyarakatnya. Dia sosok pemimpin jelmaan "Jokowi" yang senantiasa mengabdikan dirinya bagi banyak orang. Hampir seluruh waktunya terkuras untuk kepentingan orang lain. Semua orang mengamini itu.
L. Christian Sohilait awalnya adalah seorang pemimpin (Sekda) di Kabupaten Lanny Jaya. Sebuah kabupaten yang berada di Pegunungan Tengah Papua. Keterpanggilannya sebagai seorang pemimpin sudah terasa semasa dia masih duduk di bangku perguruan tinggi. Terbukti, tahun 1999 , sudah menjabat sebagai ketua senat Mahasiswa di kampus USTJ Jayapura dan tahun 2000-2002, juga menjabat sebagai ketua BPC GMKI Wamena.
Dia adalah mantan aktivis mahasiswa yang hingga kini tetap konsisten memperjuangkan suara-suara kebenaran hingga ke pelosok negeri. Idealismenya tidak pernah luntur. Bahkan, masuk dalam pusaran pemerintahan dan birokrasi pun, semangatnya tidak pernah padam, masih sama seperti kala dia konsen dalam pergerakan mahasiswa. Tetap kuat dan berapi-api!
Riwayat pendidikannya dimulai dari SD YPK Sentani -- Jayapura hingga menamatkan S-2 nya di Kampus UGM pada tahun 2006 dengan jurusan Manajemen Aset dan Properti. Kendati latar belakang pendidikannya tidak konsen pada pendidikan, namun pria berdarah Ambon ini, sudah terlanjur jatuh hati pada dunia pendidikan. Hal itu bermula ketika dia merasa gelisah dan terpanggil melihat kondisi pendidikan yang ada di Papua, termasuk pendidikan di Pegunungan Tengah Papua yang masih jauh tertinggal dengan daerah-daerah lain di luar Papua. Kegelisahannya ini kemudian dia jawab dengan melakukan berbagai macam manuver dan gebrakan-gebrakan untuk memperbaiki kondisi pendidikan di Papua terutaman di Kabupaten Lanny Jaya. Alhasil, ekspektasi yang diinginkan pun semakin menunjukkan hasil secara perlahan.
Semenjak dia menjabat sebagai Kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran di Kabupaten Lanny Jaya tahun 2012, berkat tangan dinginnya, gedung-gedung sekolah berhasil dibangun. Mulai dari TK, SD, SMP dan SMA/SMK. Selain itu, dia berhasil mendatangkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Menteri Kesehatan ke Tiom, ibukota Lanny Jaya itu pada tahun 2013. Gebrakannya yang menonjol juga tampak setelah Kabupaten Lanny Jaya berhasil memprakarsai terbentuknya Kelas-Kelas Unggulan setingkat SD serta masih banyak hal lainnya.
Dia adalah konseptor ulung sekaligus eksekutor handal dalam menjalankan tugasnya. Itu yang membuat dia "berbeda" dengan yang lain. Ketika ada masalah terkait pendidikan, dia akan cepat-cepat "menjemput bola" lalu menyelesaikannya tanpa menunggu waktu lama. Menariknya lagi, walau secara kodrat tidak berasal dari suku asli di Papua, namun seluruh hati, jiwanya, dan panggilannya sudah tercurah untuk kebaikan Papua. Kecintaannya kepada Papua, khususnya pendidikan di Pegunungan Tengah Papua sudah tak bisa ditawar-tawar lagi.
"Papua itu sudah seperti kampung halaman saya sendiri. Sejak kecil sudah saya sudah dibesarkan di Papua, hingga saya seperti sekarang ini," ujarnya.