Lihat ke Halaman Asli

Masih Tentang Hasil UN

Diperbarui: 25 Juni 2015   04:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Belum usai euforia adik-adik kita dalam merayakan kegembiraannya setelah dinyatakan lulus dalam jenjang pendidikan SMA, pun baju seragam belum selesai diberi simbol-simbol kebebasan. Namun, tak sedikit adik kita yang saat ini tengah "galau" di pojok kamarnya karena tidak lulus, bahkan tidak menyangka mereka tidak lulus padahal selama ini mereka termasuk anak yang cukup pintar di kelasnya. Hanya karena nilainya saat UN tak memenuhi syarat kelulusan, mereka harus menempuh ujian ulang atau ikut ujian Paket C.

Inilah kondisi riil yang tengah dialami dalam dunia pendidikan di tanah air, bagaimana sebaian besar siswa SMA di NTT yang harus gigit jari karena tidak "LULUS". sebuah pelajaran yang berharga tapi sangat menyakitkan bagi perkembangan anak bangsa. Kebingungan demi kebingungan tiap tahun selalu menghampiri pendidikan di negeri ini. Bagaimana mencari format yang tepat agar kualitas pendidikan menjadi lebih baik, tidak saja sekadar angka-angka dalam ijasah tapi juga budi pekerti tertanam didalamnya.

Menurut bapak pendidikan kita, Ki hajar Dewantara, mengatakan pendidikan adalah memanusiakan manusia, namun jika melihat kondisi anak-anak kita seolah-olah hasil UN menjadi sebuah batu sandungan yang sangat besar dan menakutkan. Bagaimana tidak, proses pendidikan yang mereka tempuh dalam 3 tahun dan hasilnya, jika tidak lulus pada UN akan sia-sia. sehingga dalam benak mereka sedikit tertanam : untuk apa prestasi akademis di kelas 1 dan 2 jika tak ada pengaruhnya pada UN..

sudah saatnya format penilaian SMA mengacu pada format di perguruan tinggi sehingga anak dapat mengetahui hasilnya jauh hari. sistem IPK sangat menarik untuk bisa diterapkan di SMA, karena seorang siswa dapat menumpuk nilai bagus sejak ia menginjakkan kakinya di bangku SMA. UN memang tetap diperlukan, tapi tidaklah mutlak sebagai indikator kelulusan. dan juga ini mendorong siswa untuk melakukan perbaikan nilai jika saat akan ujian ternyata ada nilai yang kurang baik bisa dilakukan ujian mata pelajaran atau mengulang pelajran tersebut.

disinilah sebenarnya proses pendidikan tersebut bisa dijalankan, dan siswa akan lebih mengenal kemampuan dirinya dibandingkan ia harus berjibaku semalam suntuk untuk menghadapi UN yang belum tentu ia akan lulus. sebagaimana apa yang diucapkan Ki Hajar dewantara, memanusiakan manusia.. dan Saatnya menteri pendidikan juga memanusian adik-adik SMA sebagai generai muda bangsa yang harus dipersiapkan dengan matang-matang tidak sekadar instan melalui UN. semoga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline