Lihat ke Halaman Asli

Didik Purwanto

Tech Buzz Socialist

Gaji Wartawan Sedikit

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Begitulah persepsi masyarakat banyak tentang profesi wartawan. Selain beresiko saat bertugas di lapangan, profesi ini memang perlu keteguhan tingkat tinggi untuk menepis persepsi tersebut.

Sebenarnya ukuran besaran gaji wartawan itu relatif tergantung media yang menaunginya. Tapi dari laporan banyak wartawan, gaji mereka memang tidak memenuhi standar.

Oleh karena itu, untuk menutup ketidakcukupan biaya hidup tersebut, wartawan banyak menyambung hidup dengan menjadi media relations hingga bermain produk investasi terutama di pasar modal. Hal itulah yang menyebabkan kisruh pembelian saham PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) yang diwarnai dengan isu wartawan yang meminta jatah saham.

Lepas dari kisruh tersebut, wartawan senior Rosihan Anwar memberikan wejangannya terkait profesi yang sudah ditekuninya bertahun-tahun tersebut. Baginya, profesi tersebut bersifat mulia.

"Meski gaji sedikit, jangan lupakan idealisme, perhatikan nasib orang miskin, rakyat juga belum cerdas. Wartawan jangan kehilangan idealismenya."


Itulah pesannya kepada wartawan yang saat ini gundah gulana terhadap profesinya tersebut. Dia tidak henti-hentinya menekankan idealisme di tengah sifat arogan dari pemilik media. Memang, si pemilik media akan menekan anak buahnya demi keuntungan yang akan diraupnya. Tapi, mengacu ke Kode Etik Jurnalistik, profesi ini memang idealnya harus mempertahankan idealismenya tersebut,walaupun tidak semua wartawan bisa menjalankan dengan sepenuh hati.

Rosihan pun mengutip pernyataan Bung Karno, ”For a fighting journalist, there’s no journey end”. Iya, perjuangan memang belum berakhir, Pak Rosihan.

Tapi, saya juga memplesetkan apa yang pernah dikatakan oleh Shakira bahwa "Aku menggunakan suaraku untuk menyuarakan suara mereka yang tidak didengar. "

Jika diubah sesuai profesi wartawan," Aku menggunakan tulisanku untuk menyuarakan suara mereka yang tidak didengar."

Akankah itu bisa terlaksana di tengah gaji sedikit dan sifat arogan pemilik media? Kayaknya cuma idealisme masing-masing wartawan yang bisa menjawabnya..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline