Lihat ke Halaman Asli

Sungkowo

TERVERIFIKASI

guru

Agar Kebijakan 7 Habitus Anak Tak Sia-sia, Perlu Kesiapan Keluarga

Diperbarui: 2 Januari 2025   18:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Siswa di salah satu ruang kelas SMP 1 Jati, Kudus, Jawa Tengah, sedang mengikuti pembelajaran. (Dokumentasi pribadi)

Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) meluncurkan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat. Tujuh habitus ini adalah bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan sehat dan bergizi, gemar belajar, bermasyarakat, dan tidur cepat.

Ini diluncurkan untuk mendukung pembangunan sumber daya manusia (SDM) unggul. SDM unggul setidaknya memiliki delapan karakter, yaitu religius, bermoral, sehat, cerdas dan kreatif, kerja keras, disiplin dan tertib, mandiri, serta bermanfaat.

Karena terkait dengan pembangunan karakter, habitus atau kebiasaan ini diterapkan terhadap anak. Sebab, pembangunan karakter membutuhkan waktu yang relatif lama. Yaitu, dengan dimulai dari pembiasaan sehari-hari secara berkelanjutan.

Pembiasaan yang berkelanjutan termaksud melibatkan banyak pihak. Tetapi, harus diakui bahwa keluarga memiliki peran besar ketimbang sekolah dan masyarakat.

Sebab, anak mengenal didikan pertama dalam lingkup keluarga oleh orangtua atau orang yang lebih dewasa yang berada dalam keluarga tersebut.

Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat yang diluncurkan memang diarahkan bagi siswa sekolah menengah pertama (SMP). Tetapi, kebiasaan ini sudah dapat mulai dibiasakan di dalam keluarga sejak kanak-kanak.

Dalam keluarga tertentu bahkan sudah diterapkan. Dan, efeknya telah dapat dipetik oleh keluarga bersangkutan. Malahan dapat dirasakan juga oleh pihak lain. Sekurang-kurangnya oleh pihak sekolah.

Buktinya, sekolah sudah dapat menandai bahwa anak-anak yang tumbuh kembang dalam keluarga yang seperti ini memiliki karakter yang beda. Mereka dapat menjadi teladan bagi siswa yang lain.

Sekolah harus jujur mengatakan bahwa yang membangun karakter anak secara mendasar adalah keluarga. Sekolah sekadar menambahkan ranah pengetahuan dan keterampilan ke dalam diri anak, yang notabene siswa.

Kalau pun karakter tertambahkan sudah pasti persentasenya sangat sedikit. Sebab, sekolah memang lebih mengarah ke bagian pengelolaan ranah pengetahuan dan keterampilan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline