Lihat ke Halaman Asli

Sungkowo

TERVERIFIKASI

guru

Classmeeting, Ruang untuk Merawat Mental Siswa

Diperbarui: 18 Desember 2024   21:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi 1: Salah satu jenis aktivitas classmeeting yang dikuti oleh dua kelompok siswa yang saling berebut kemenangan. (Dokumentasi pribadi)

Classmeeting, di hampir semua sekolah, dirindu oleh semua siswa. Artinya, tak ada satu pun siswa yang membenci. Realitas ini sudah jamak dialami oleh siswa.

Karenanya, sudah terkerangka dalam pikiran siswa bahwa sehabis asesmen atau penilaian pasti ada classmeeting. Maka, pengurus organisasi siswa intra sekolah (OSIS), yang menjadi perwakilan siswa di sekolah, umumnya segera membangun komunikasi dengan guru.

Guru, dalam konteks ini, mengarah ke wakil kepala sekolah urusan kesiswaan dan pembina OSIS (selanjutnya disebut pembina OSIS). Sebab, secara struktural memang jalur komunikasinya seperti ini. Pengurus OSIS memiliki relasi langsung ke pembina OSIS.

Hanya, memang, galibnya pengurus OSIS sudah memiliki rancangan kegiatan classmeeting. Mereka proaktif. Mereka sudah menyiapkannya dengan baik. Itu sebabnya, pembina OSIS tinggal mengarahkan saja.

Cara demikian ini baik adanya. Sebab, pengurus OSIS lebih memahami harapan siswa, yang adalah rekan-rekan mereka sendiri. Sehingga, jenis aktivitas classmeeting sudah direlevankan. Artinya, disesuaikan dengan yang diinginkan oleh siswa.

Dan, sudah menjadi formula bahwa sesuatu yang sesuai dengan harapan membuat hati gembira. Pun demikian jenis kegiatan classmeeting yang sudah sesuai dengan keinginan siswa, pasti membuat mereka riang gembira.

Riang gembira yang dialami oleh siswa dalam classmeeting sebagai hal yang sangat penting. Sebab, suasana yang seperti ini dapat dimanfaatkan untuk merawat mental siswa.

Hal ini tak bermaksud mengatakan bahwa siswa mengalami gangguan mental. Tak demikian. Tetapi, riilnya dalam sehari-hari siswa nyaris hampir disibukkan dengan aktivitas belajar.

Baik mereka belajar di sekolah, bimbingan belajar (bimbel), ekstrakurikuler, maupun di Taman Pendidikan Qur'an (TPQ) --yang ini memang anak-anak yang mengkhususkan untuk mendalami bidang agama yang dianutnya.

Membayangkannya betapa siswa sehari-hari bergulat dengan banyak kegiatan. Seolah tak ada waktu sela. Sibuk terus. Sehingga, yang namanya lelah sudah pasti sangat melekat dalam diri mereka. Tak hanya lelah fisik, tetapi juga lelah psikis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline