Lihat ke Halaman Asli

Sungkowo

TERVERIFIKASI

guru

Mundurnya Gus Miftah, Sebuah Pilihan yang Mengedukasi

Diperbarui: 10 Desember 2024   01:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Gus Miftah, diambil dari kompas.com

Miftah Maulana Habiburrahman atau yang lebih populer dengan sebutan Gus Miftah mundur dari jabatan sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan sedang viral. Sikap mundur diakuinya tak ditekan atau diminta oleh pihak mana pun.

Gus Miftah menyadari kesalahannya terkait dengan penjual es teh, Sunhaji. Karenanya, demi cintanya dan rasa hormatnya kepada presiden Prabowo Subianto dan masyarakat Indonesia, begitu katanya, ia mundur dari jabatan yang boleh dibilang mentereng ini.

Dalam pandangan pendidikan sikapnya ini sangat positif. Karena, publik figur, yang juga pejabat publik, seperti Gus Miftah ini, betapa pun, menjadi sorotan masyarakat. Dari kalangan anak-anak hingga dewasa.

Itu sebabnya, dalam hal apa pun yang dilakukan olehnya selalu menjadi bahan perbincangan di kalangan masyarakat. Apalagi ada perkataan atau perilaku yang oleh masyarakat dianggap kurang baik. Pasti cepat menjadi berita viral.

Karena publik figur, perkataan atau perilakunya --sekalipun kurang baik-- sangat mungkin dicontoh oleh penggemarnya. Atau, setidak-tidaknya, diterima alias tak ditolak.

Dalam video, terlihat jelas bahwa orang-orang yang duduk di dekatnya ikut larut "menikmati" suasana yang terjadi. Itu menandakan bahwa perkataan atau perbuatan orang yang diidolakan diamini atau dapat menjadi panutan.

Karenanya, saat Gus Miftah mengundurkan diri dari jabatannya oleh karena buah refleksi sebagai tanggung jawab moral dan profesi, perlu mendapat apresiasi. Sebab, tak banyak publik figur, di antaranya pejabat publik, berani melepas jabatannya ketika dirinya tersandung persoalan.

Maka, sikap yang diambil oleh Gus Miftah bolehlah disebut sebagai pilihan yang mengedukasi. Mengedukasi kita semua. Sebab, sekalipun tak bermaksud memberi teladan, tetapi pilihan ini menjadi teladan yang baik.

Bukankah pendidikan yang memiliki efek mujarab terhadap yang dididik adalah keteladanan? Memang keteladanan sebagai strategi yang efektif dalam proses pendidikan telah diakui oleh banyak orang.

Bahkan, telah dilakukan, yang kemudian dibuat semboyan dalam pendidikan, oleh tokoh pendidikan kita, yaitu Ki Hajar Dewantara. Melalui semboyan "Ing ngarsa sung tuladha, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani" terlihat bahwa tuladha atau teladan berada di posisi terdepan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline