Lihat ke Halaman Asli

Sungkowo

TERVERIFIKASI

guru

Komunikasi Orangtua dan Guru Menyelamatkan Anak

Diperbarui: 2 November 2024   12:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Komunikasi orangtua dan guru di sekolah demi anak, diambil dari kompas.com

Tak ada habisnya membicarakan anak yang memiliki masalah. Tapi, justru anak yang masih sekolah, karena problemnya, orangtua dan guru dapat bertemu. Dan, realitas seperti ini hampir pasti dihadapi oleh semua sekolah.

Hanya, memang, sekolah satu dengan yang lain memiliki kuantitas yang berbeda. Artinya, ada sekolah yang memiliki banyak siswa bermasalah. Tapi, ada sekolah yang memiliki sedikit siswa yang mempunyai problem.

Terkait problem yang dialami siswa, rerata sama di satu sekolah dengan sekolah yang lain. Problem tersebut di antaranya adalah anak membolos sekolah, tak mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah (PR), dan tak menaati tata tertib sekolah.

Tak menaati tata tertib sekolah, banyak macamnya. Misalnya, melakukan perundungan, merokok, menyemir rambut, memotong rambut dalam model yang tak seharusnya, dan baju tak dilengkapi atribut.

Hanya, dalam hal ini, ukuran pelanggaran tata tertib satu sekolah dengan sekolah yang lain dapat saja berbeda. Misalnya, perihal rambut. Ada sekolah yang membolehkan rambut siswa disemir, tapi ada juga sekolah yang tak membolehkan rambut siswa disemir.

Ada sekolah yang mengizinkan rambut siswa laki-laki sampai menutup kerah baju. Tapi, ada juga sekolah yang tak mengizinkannya, sehingga jika rambut siswa laki-laki sampai menutupi, atau menyentuh kerah baju saja, sudah tergolong pelanggaran tata tertib sekolah. Ini termasuk yang diterapkan di sekolah tempat saya mengajar.

Ya, satu sekolah dengan sekolah yang lain, dalam hal ini, dapat berbeda. Tapi, perihal siswa bermasalah adalah hal yang tak berbeda. Artinya, mereka memiliki keberadaan yang sama karena sama-sama melakukan pelanggaran terhadap tata tertib sekolah.

Dalam pandangan yang positif, anak yang sedang menghadapi persoalan justru, seperti sudah disebut di atas, dapat mempertemukan orangtua dan guru. Realitas seperti ini yang lebih sering dijumpai di sekolah. Maksudnya, orangtua dan guru membangun pertemuan karena anak memiliki masalah.

Ini dapat diartikan bahwa orangtua dan guru tak membangun pertemuan karena anaknya (bagi orangtua) dan anak didiknya (bagi guru) tak bermasalah. Karena, guru tentu lebih berfungsi kalau fokus mengajar dan mendidik siswanya ketimbang mengundang orangtua yang anaknya tak bermasalah.

Sekalipun memang ada sesekali guru (baca: sekolah) mengundang orangtua siswa meskipun siswa tak bermasalah. Misalnya, saat sekolah membutuhkan dukungan orangtua karena sekolah akan mengadakan acara, juga ketika sekolah mengadakan penerimaan rapor.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline