Pada musim lomba, siswa yang mewakili sekolah sering meninggalkan ruang belajar. Karena, biasanya mereka berlatih cabang lomba yang diikuti. Tambahan, guru yang membina sangat membutuhkan siswa binaannya berlatih.
Guru tak mau siswa binaannya mempersiapkan lomba hanya asal-asalan. Berlatih untuk mengikuti lomba menjadi prioritas penting. Apalagi jika hari saat lomba hampir tiba. Intensitas berlatih umumnya ditambah.
Dengan begitu, siswa semakin sering izin kepada guru yang mengajar. Siswa meninggalkan ruang belajar. Keharusan ini untuk memenuhi target berlatih.
Jam belajar intrakurikuler siswa yang lebih sering berlangsung di ruang belajar, dengan demikian, terpotong. Mereka lebih banyak menyediakan waktu untuk berlatih persiapan lomba.
Dalam hal demikian ada siswa yang kurang menyukai. Sebab, mereka menyadari bahwa banyak meninggalkan ruang belajar pasti ketinggalan pelajaran. Mereka merasa kehilangan momen belajar.
Tapi, di sisi yang lain, ada siswa yang justru menyukainya. Sebab, mereka merasa lebih merdeka berada di luar ruang belajar sekalipun ada tugas yang harus dilakukan, yaitu berlatih untuk menghadapi lomba.
Dan, sedihnya, rerata banyak siswa yang berada dalam pilihan "menyukainya". Artinya, siswa lebih senang mengikuti aktivitas berlatih untuk mengikuti lomba ketimbang belajar di ruang kelas.
Hal ini sangat kentara ketika lomba diikuti secara kolektif, oleh banyak siswa. Misalnya, lomba gerak jalan, tata upacara bendera (TUB), peraturan baris-berbaris (PBB), dan karnaval budaya.
Realitas ini mengingatkan kepada guru tentang kemenarikannya dalam mengelola pembelajaran. Pembelajaran yang dikelola secara menarik tentu dirindu oleh siswa. Sebaliknya, pembelajaran yang dikelola jauh dari kemenarikan sudah pasti diemohi siswa.
Maka, ketika ada siswa, bahkan sebagian besar siswa, lebih menyukai latihan untuk menghadapi lomba daripada belajar di ruang kelas, guru patut berefleksi. Jangan-jangan pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru memang kurang menarik.