Hari pertama masuk sekolah, guru pasti menjumpai banyak siswa baru (yang selanjutnya disebut siswa). Mereka ada yang baik-baik saja, yang berarti tak bermasalah. Tapi, sangat mungkin mereka ada yang tak baik-baik saja alias bermasalah.
Dari masuk pertama sekolah sudah dapat dilihat siswa yang memiliki kecenderungan bermasalah. Pun demikian sebaliknya, siswa yang berkecenderungan tak bermasalah. Artinya, keduanya dapat diketahui sejak dini.
Yang memiliki konsentrasi perihal ini umumnya guru yang memiliki tugas tambahan di bidang kesiswaan dan pembina organisasi siswa intra sekolah (OSIS). Karena, mereka memang memiliki tugas dan fungsi yang berkaitan dengan siswa.
Sehingga, sangat mungkin mereka dapat mengetahui terlebih dulu siswa yang memiliki kecenderungan bermasalah ketimbang guru yang lain.
Menemukan siswa yang seperti ini relatif mudah. Sebab, melalui fisik siswa, hal-hal yang mudah dilihat, sudah dapat menjadi penanda.
Misalnya, dari warna rambut, gaya potong rambut, sepatu, kedatangan di sekolah, cara mengenakan pakaian, dan bahkan cara mengenakan kaus kaki. Semua ini menjadi poin penting untuk kemudian dilakukan pendampingan siswa secara khusus.
Namun, bukan berarti guru yang tak bagian kesiswaan dan pembina OSIS tak memiliki perhatian terhadap siswa yang khusus ini. Mereka memiliki ruang untuk memperhatikan siswa yang khusus ini. Toh memang tugas dan fungsi guru dua arah, yaitu mengajar dan mendidik.
Hanya memang, peran guru bagian kesiswaan dan pembina OSIS dalam hal ini lebih banyak ketimbang guru yang lain. Sebab, guru bagian kesiswaan dan pembina OSIS memang memiliki tugas dan fungsi pokok mengurusi siswa.
Sampai(-sampai) yang sering terjadi adalah ketika guru yang lain menemukan siswa yang bermasalah diserahkannya kepada guru bagian kesiswaan dan pembina OSIS.
Tentu saja, seperti yang sudah disebutkan di atas, ini bukan berarti bahwa guru yang lain tak mau mengurusi siswa bermasalah. Pasti mau. Tapi, memandang ada pihak yang mengurusi, maka diserahkanlah kepada pihak yang mengurusi.