Penerimaan rapor sudah dilakukan oleh sekolah. Umumnya, orangtua yang mengambil. Karena, terhadap orangtua ada saran dari sekolah (baca: guru) mengenai rapor anaknya.
Baik terhadap orangtua yang rapor anaknya sudah sesuai dengan harapan maupun yang belum sesuai dengan harapan.
Yang sudah sesuai dengan harapan, guru umumnya memberi pujian sekaligus menyarankan untuk meningkatkan lagi capaian rapor pada semester berikutnya.
Sementara itu, yang belum sesuai dengan harapan, guru umumnya menyarankan agar orangtua mendorong anaknya lebih giat belajar dan memberi pendampingan.
Sekolah, dalam hal ini guru, menjadi partner orangtua mengawal anak dalam menjalani proses pembelajaran. Artinya, guru dan orangtua bekerja sama untuk memberi ruang dan memfasilitasi anak belajar. Tentu, peran guru berada di sekolah. Sedangkan peran orangtua berada di rumah.
Toh begitu kedua pihak saling mendukung. Itu sebabnya, setiap musim penerimaan rapor, sekolah menghadirkan guru ke sekolah. Intinya, sekolah memberi ruang khusus bagi orangtua untuk bersama-sama membangun persepsi yang tepat dan sama mengenai anaknya.
Dengan begitu, ditemukan cara yang efektif untuk mengawal anak dalam kelangsungan proses belajarnya. Rerata butuh waktu enam bulan anak belajar, yang diakhiri dengan penerimaan rapor. Dan, dalam enam bulan belajar ini dipastikan anak sudah berjuang.
Perjuangan anak dalam proses pembelajaran, satu dengan yang lain tentu saja berbeda. Ada yang bersemangat. Tapi, ada juga yang kurang atau bahkan tak bersemangat.
Ini fenomena umum yang dapat dijumpai di tengah-tengah proses pendidikan. Maka, akhirnya, didapatkan (seperti sudah disebutkan di atas) ada rapor anak yang sudah memenuhi ekspektasi. Tapi, ada juga rapor yang kurang atau belum memenuhi ekspektasi.