Lihat ke Halaman Asli

Sungkowo

TERVERIFIKASI

guru

Anak Jalanan, Potret Pendidikan yang Masih Perlu Diperjuangkan

Diperbarui: 17 Juni 2024   02:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Anak-anak jalanan di salah satu persimpangan traffic light, Jalan Ahmad Yani, Kudus, Jawa Tengah. (Dokumentasi pribadi)

Di daerah tempat saya tinggal, orang masih mudah menjumpai anak jalanan. Mulai kanak-kanak hingga remaja.

Ini tak mengikutkan kelompok dewasa. Sebab, kelompok dewasa sekalipun ada yang "dewasa jalanan" tak menjadi pokok tulisan ini.

Kelompok anak ada yang mengamen. Ada juga yang meminta-minta. Mereka beraksi di persimpangan-persimpangan jalan, umumnya di persimpangan traffic light. Sebab, di lokasi ini, pasti ada saat pengendara berhenti memenuhi perintah lampu merah.

Saat inilah, mereka langsung menyerbu pengendara, baik motor maupun mobil. Anak yang meminta-minta sekadar menengadahkan tangannya ke sasaran. Sementara itu, anak yang mengamen, menyanyi sebisanya sembari mendekatkan wadah ke sasaran.

Ada yang mengamen hanya dengan tepuk tangan dibarengi menyanyi. Ada juga yang memanfaatkan musik-musikan buatan sendiri dari tutup botol, cukup dikecrek-kecrekkan, sembari menyanyi. Tapi, ada juga yang menggunakan alat musik betulan, misalnya, ukulele yang diikuti dengan menyanyi.

Yang disebutkan terakhir aksinya sudah termasuk lumayan enak dinikmati. Sebab, umumnya, vokalnya sesuai dengan nada petikan kencrung. Sekalipun tak semua begitu. Sebab, ada juga kelompok anak yang menyanyinya fals.

Anak-anak yang mengamen biasanya sendirian. Tapi, lebih sering berkelompok, sekurang-kurangnya berdua. Satunya ikut menyanyi sambil mengedarkan wadah ke hadapan sasaran.

Berjalan dari pengendara paling depan, kemudian urut hingga ke belakang. Sementara yang memainkan musik berada pada posisi yang tetap, sekalipun di tengah-tengah jalan.

Yang terjadi di persimpangan jalan yang ramai, biasanya pengamen belum sampai ke pengendara yang paling belakang, lampu sudah berubah warna hijau. Hal ini memaksa mereka harus segera minggir. Karena, pengendara melanjutkan perjalanan.

Pengendara ada yang memberi, ada juga yang tak memberi. Kalau ada pengendara yang mengajak anak, lebih-lebih yang masih kanak-kanak, biasanya si anak diberi uang, entah lembar entah keping, oleh orangtuanya untuk mengasihkannya kepada pengamen atau pengemis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline