Lihat ke Halaman Asli

Sungkowo

TERVERIFIKASI

guru

Dua Siswa Kami Ngabuburit Sembari Menguatkan Jiwa Kewirausahaan

Diperbarui: 3 April 2024   16:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi 1: Di tepi sepanjang jalan depan SMP 1 Jati, Kudus, Jawa Tengah, ramai penjual takjil, 2/4/2024. (Dokumentasi pribadi)

Ternyata tak setiap orang, apalagi anak-anak, memanfaatkan momen ngabuburit untuk hal yang produktif. Umumnya, ngabuburit sekadar duduk-duduk di spot alam yang menawan sembari bincang-bincang santai.

Atau, bermain, yang tentu lebih banyak dilakukan oleh anak-anak. Dapat bermain di dalam ruang. Tapi, dapat juga di luar ruang, misalnya, di lapangan terbuka atau taman. Atau, gowes bagi sekelompok orang yang hobi gowes. Yang ini, saya tahu, dilakukan oleh orang dewasa.

Semua ngabuburit yang disebut di atas, sebetulnya juga produktif. Sekalipun duduk-duduk di alam terbuka sembari berbincang-bincang santai, tetap membuahkan hasil, sekurang-kurangnya, perasaan terasa nyaman dan lega saat menunggu berbuka puasa.

Pun demikian, anak-anak yang bermain dan kelompok pehobi gowes, tentu membuahkan "sesuatu" saat melakukannya, yang dapat bermanfaat sebelum waktu berbuka puasa tiba.

Hanya, memang, saya menjumpai ngabuburit yang bernilai ekonomi. Sekalipun tak harus ngabuburit itu bernilai ekonomi. Untuk ngabuburit yang demikian boleh jadi sudah dilakukan oleh banyak orang.

Hal ini dapat dilihat banyaknya penjual musiman. Yang pada waktu-waktu biasa tak pernah dilihat, pada momen Ramadan hampir di sepanjang tepi jalan ramai penjual takjil.

Seperti sepanjang tepi jalan di depan sekolah tempat saya mengajar. Sejak dulu di area ini memang dijadikan lokasi orang berjualan. Tapi, jumlah penjualnya tak sebanyak jumlah penjual pada Ramadan ini. Artinya, ada penjual-penjual baru yang muncul pada masa Ramadan.

Dan, saya menjumpai dua siswa kami yang ambil bagian dalam ngabuburit dengan mengembangkan jiwa kewirausahaan di lokasi ini. Tepatnya, berjualan es. Mereka (memang) tak berjualan es milik sendiri atau usahanya sendiri.

Mereka mengikuti bosnya. Istilah "bos" ini yang mereka gunakan untuk menyebut pihak yang memberi ruang baginya untuk ambil bagian dalam usaha. Dua siswa kami ini laki-laki. Keduanya Kelas 9.

Sangat mungkin aktivitas serupa dilakukan oleh siswa kami yang lain. Tapi, sejauh ini, saya belum mengetahuinya. Bahkan, sangat mungkin juga dilakukan oleh siswa di sekolah lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline