Lihat ke Halaman Asli

Sungkowo

TERVERIFIKASI

guru

Penetapan Kurikulum Merdeka sebagai Kurikulum Nasional, Ikhtiar Menghargai Proses

Diperbarui: 13 Maret 2024   02:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi KOMPAS/Supriyanto

Kurikulum Merdeka baru dirasakan oleh dua tingkat kelas di sekolah tempat saya mengajar. Yaitu, Kelas 7 dan Kelas 8 (khusus Kelas 8 sudah merasakan dua kali). Sementara itu, Kelas 9 masih menggunakan Kurikulum 2013.

Deskripsi di atas menunjukkan bahwa dalam satu sekolah menggunakan dua kurikulum. Fakta ini banyak dijumpai di sekolah lain di daerah tempat saya tinggal. Dan, rerata pada tahun pelajaran 2023/2024 sekolah masih memberlakukan dua kurikulum.

Dalam keberadaan demikian, ada guru yang mungkin harus berpegang pada dua kurikulum. Karena, ia, misalnya, mengajar di Kelas 7 dan Kelas 9. Tapi, ada juga guru yang hanya berpegang pada satu kurikulum karena ia hanya mengajar di Kelas 7 dan/atau Kelas 8, atau hanya di Kelas 9.

Sekalipun begitu, semua guru, selama ini, diarahkan mengakrabi Kurikulum Merdeka. Termasuk guru yang hanya mengajar di Kelas 9. Yang, dalam pembelajarannya berpegang pada Kurikulum 2013.

Ketika guru Kelas 7 dan Kelas 8 mempelajari dan mengimplementasikan Kurikulum Merdeka dalam pembelajaran, mereka --guru Kelas 9-- ikut "merasakan" aroma Kurikulum Merdeka.

Karena, setiap hari efektif sekolah, mereka menyimak dan menyaksikan proses pembelajaran tersebut. Selain itu, mereka terlibat dalam sosialisasi Kurikulum Merdeka, baik luar jaringan (luring) maupun dalam jaringan (daring).

Dalam hal ini hendak dikatakan bahwa semua guru, sedikit atau banyak, sudah mengenal Kurikulum Merdeka. Hanya, memang, belum maksimal. Sehingga, diskusi antarguru di sekolah mengenai kurikulum ini masih terus berlangsung.

Adanya platform merdeka mengajar (PMM) juga sangat membantu guru dalam mengakrabi Kurikulum Merdeka. Memang belum semua guru aktif mengikuti pelatihan mandiri. Tapi, adanya satu-dua guru yang aktif sudah memberikan kontribusi positif.

Sosialisasi dan diskusi yang sudah dilaksanakan serta proses pembelajaran menggunakan Kurikulum Merdeka yang sudah berjalan, tak serta merta membuat guru menguasainya, baik secara konsep maupun praktik. Masih membutuhkan waktu untuk terus menggumulinya.

Tak cukup menggumulinya antarguru di sekolah, dengan siswa, dengan guru sekolah lain, dengan kepala sekolah, tapi yang lebih daripada itu adalah dengan orangtua siswa dan masyarakat. Yang justru pada poin ini, Kurikulum Merdeka membutuhkan dukungannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline