Lihat ke Halaman Asli

Sungkowo

TERVERIFIKASI

guru

Pekan Olahraga Pelajar (Daerah), Ruang Belajar bagi Siswa

Diperbarui: 7 Maret 2024   11:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Peserta Popda Kabupaten cabor sepak bola SMP 1 Jati, Kudus, Jawa Tengah, persiapan bersama guru-pelatih, 6/3/2024. (Dokumentasi pribadi)

Minggu-minggu ini, di daerah tempat saya mengabdi sebagai guru dilaksanakan Pekan Olahraga Pelajar Daerah (Popda) tingkat kabupaten. Karenanya, beberapa siswa sekolah tempat saya mengajar mengikuti beberapa cabang olahraga (cabor).

Di antaranya adalah cabor basket, sepak bola, pencak silat, dan renang. Sekolah, termasuk sekolah kami, mengikutkan siswa ambil bagian dalam Popda tentu berharap meraih kemenangan.

Tak ada satu pun sekolah yang mengikutkan siswanya terlibat dalam Popda tanpa berharap meraih kemenangan. Persiapan yang membutuhkan tenaga, waktu, pikiran, dan dana yang sedemikian ekstra merupakan salah satu indikator yang kuat bahwa sekolah berharap meraih kemenangan.

Sekolah tak mungkin menyiapkan secara serius kalau hanya sekadar ikut-ikutan. Dengan mau menanggung konsekuensi yang tak hanya banyak, tapi juga beragam berarti sekolah tak main-main mengikutkan siswanya ke ajang Popda.

Hal yang sangat sederhana, tapi pun sangat kentara, misalnya, kepemilikan seragam. Setiap sekolah pasti memiliki seragam yang khusus dan khas. Dan, rerata masih dalam kondisi baru. Sekurang-kurangnya patut dipandang mata publik.

Sekolah tak mau siswanya tampil dengan seragam seadanya. Pasti sekolah mengupayakan sebaik mungkin bagi siswanya. Ini baru seragam. Belum yang lain.

Hal yang tak boleh dilupakan adalah ada juga cabor yang tak sepenuhnya disiapkan oleh sekolah. Tapi, oleh lembaga pelatihan olahraga di luar sekolah. Selama ini, ada lembaga pelatihan olahraga yang bekerja sama dengan sekolah.

Lembaga pelatihan olahraga, atau biasa disebut sanggar olahraga menyiapkan pelatihnya, tapi sekolah menyediakan siswanya. Jadi, dalam konteks ini, setiap siswa berlatih di sanggar olahraga, yang berada di luar sekolah.

Saya rasa kolaborasi yang demikian sangat banyak dilakukan oleh sekolah dan sanggar olahraga. Di sekolah tempat saya mengajar, misalnya, ada cabor yang dikuti oleh siswa yang latihan rutinnya di sanggar olahraga. Misalnya, gulat dan renang.

Jadi, siswa tak dipersiapkan melalui kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Mereka dipersiapkan melalui sanggar olahraga tempat mereka bergabung.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline