Anak membolos sekolah sebuah fenomena yang lumrah. Di hampir semua sekolah dapat dijumpai. Karena, tidak semua siswa terlepas dari problem, yang salah satunya mengakibatkan membolos sekolah.
Jumlahnya memang tidak banyak. Mungkin hanya ada satu-dua anak yang melakukannya di dalam satu sekolah. Tetapi, fakta itu tetap (akan) menjadi catatan buruk bagi keberlangsungan pendidikan di sekolah.
Maka, sedapat-dapatnya sekolah memiliki catatan bahwa tidak ada siswa yang membolos. Untuk memastikannya, setiap pagi dilakukan pendataan presensi dan absensi siswa. Agar, sekolah mendapatkan data keberadaan siswa.
Melalui upaya itu selalu didapatkan data siswa yang absensi. Ada siswa yang berketerangan izin, sakit, atau alpa. Semua data itu masuk dalam catatan (jurnal) harian sekolah. Jurnal tersebut diketahui oleh kepala sekolah.
Hanya, yang selalu menjadi sorotan kami adalah siswa yang berketerangan alpa. Sebab, jangan-jangan siswa tersebut izin kepada orangtua untuk masuk sekolah, tetapi tidak sampai ke sekolah. Demi memperoleh kebebasan di luar.
Jika ia meminta izin kepada orangtuanya tidak masuk sekolah, tetapi maksud yang sebenarnya untuk memperoleh kebebasan di luar, tentu tidak ada satu pun orangtua mengizinkan. Karena orangtua berharap anaknya belajar di sekolah.
Itu sebabnya, ketika sekolah menjumpai siswa berketerangan alpa, sekolah berusaha mengomunikasikan hal itu kepada orangtua. Agar, orangtua mengetahui kondisi anak yang sebenarnya. Ini bukan bermaksud ingin menunjukkan kepada orangtua bahwa anaknya nakal.
Tetapi, semata-mata dimaksudkan untuk memastikan bahwa orangtua dapat dengan lebih tepat mendampingi anaknya. Dengan begitu, ekspektasi orangtua terhadap anak bisa sesuai atau setidaknya mendekati sesuai.
Maka, tidak keliru menyebut guru yang peduli terhadap siswa yang membolos sekolah merupakan partner orangtua dalam mengawal tumbuh kembang sang anak. Pendekatan guru terhadap siswa yang membolos memang tidak mudah.
Sebab, tingkat membolos siswa bisa beragam. Ada siswa yang sering membolos, tetapi ada juga yang kadang-kadang, bahkan mungkin hanya sekali-dua kali selama waktu tertentu. Ketiga ragam membolos tersebut membutuhkan pendekatan yang berbeda.