Di selasar sekolah siang itu dipenuhi aktivitas siswa menyiapkan bahan dan alat untuk pengomposan. Mereka mulai mengguntingi daun-daun agar ukurannya lebih kecil. Dilakukan hal itu supaya kumpulan daun lebih ringkas dan mudah dimasukkan ke alat pengomposan.
Selain daun, ada juga reranting yang dipotong-potong dalam ukuran pendek sehingga lebih ringkas dan juga mudah dimasukkan ke alat pengomposan. Pun ada berambut (kulit padi) yang juga untuk bahan kompos. Daun bekas pembungkus jajan dan buah busuk juga menambah bahan pembuatan kompos.
Semua bahan tersebut dikumpulkan oleh siswa. Berambut dibawa dari rumah. Sementara dedaunan, reranting, daun pembungkus jajan, dan buah busuk didapatkan oleh siswa dari lingkungan sekolah. Sebelumnya, mereka memang diminta untuk mengumpulkannya dari lingkungan sekolah.
Siswa yang sudah dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil diberi waktu untuk berburu sampah organik di lingkungan sekolah. Tidak sulit menemukannya sebab di lingkungan sekolah banyak tanaman, baik tanaman besar maupun kecil.
Di halaman depan, tengah, dan belakang, juga di samping bangunan gedung sekolah banyak ditemukan sampah organik. Banyaknya sampah organik di lingkungan sekolah bukan karena lingkungan sekolah tidak disapu. Bukan. Tetapi, sehabis disapu saat pagi hari sebelum siswa datang, guguran daun-daun dari pohon berserakan lagi. Apalagi pada musim hujan.
Selain siswa mengambili sampah organik yang berserakan, mereka juga mengambilinya di tong-tong sampah karena petugas kebersihan sudah mengumpulkannya di tong-tong sampah.
Ada beberapa kantin sekolah yang turut juga memenuhi tong sampah. Di sini, mereka harus memilah, mana sampah organik dan mana yang nonorganik.
Sehingga, sekitar 68 kelompok yang berburu sampah organik tidak kesulitan mendapatkannya. Itu terbukti ketika saya melihat aktivitas mereka di sepanjang selasar kelas tidak ada satu pun kelompok yang tidak mengelola sampah organik.
Alat-alat yang digunakan untuk pengomposan juga disiapkan oleh siswa dalam kelompok mereka. Ada keranjang cucian, kardus, paranet, kain hitam, dan yang lainnya. Semua dipersiapkan dari rumah.
Dengan dipandu guru sebagai fasilitator, alat pengomposan dapat dibuat oleh siswa. Simpel sekali pembuatannya. Sehingga, sangat mungkin anak dapat membuatnya sendiri di rumah jika melakukan pengomposan di rumah bersama keluarga.