Ada sekolah penggerak, kepala sekolah penggerak, guru penggerak, organisasi penggerak, dan sejenisnya, yang kemudian saya menyebutnya sebagai penggerak pendidikan. Dibentuknya penggerak pendidikan memiliki maksud untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Pendidikan kita biar bergerak maju. Tidak stagnan, apalagi mundur.
Tapi sayang, ketika ada sesuatu yang baru dikembangkan, selalu tidak luput dari ejekan. Sikap mengkhawatirkan dan meragukan muncul di mana-mana dan kapan saja, termasuk, misalnya mengkhawatirkan dan meragukan program penggerak pendidikan, yang sekarang sedang digiatkan.
Ya, memang wajar saja terjadi hal seperti itu. Sebab, produk pemerintah (pada rezim tertentu), yang notabene buah kerja politik, selalu diamati oleh mata politik dari seberang (baca: lawan politik). Dan yang sering terjadi, sebagian mata politik dari seberang itulah yang menyangsikan, mengkhawatirkan, dan meragukan bahkan melemahkan program yang sedang digarap.
Hal itu diperparah oleh adanya sekelompok orang yang memiliki pandangan bahwa "ganti pemimpin, ganti program". Pandangan semacam itu ada sudah sejak lama. Mungkin sejak saya masih kanak-kanak.
Dan, kini pandangan itu masih ada. Bahkan, orang-orang yang berpendidikan pun ada yang berpandangan demikian. Tak terkecuali beberapa teman saya, yang sekalipun mereka sudah masuk seleksi penggerak pendidikan. Mereka masih memiliki pandangan seperti yang sudah saya sebut di atas. Kok bisa?
Coba Anda perhatikan orang-orang di sekeliling Anda, teman-teman Anda sendiri. Adakah yang memiliki pandangan seperti itu? Sangat mungkin ada bukan?
Ya, kita sudah belajar banyak fakta dari masa ke masa. Dari satu rezim ke rezim yang lain. Dan, dalam rezim-rezim itu ada fakta-fakta yang menandai akhirnya seseorang memiliki pandangan seperti itu, setiap ganti rezim ganti kebijakan.
Program yang baik
Penggerak pendidikan memang digagas dan dipraktikkan dalam pemerintahan masa sekarang. Tapi, saya, sebagai guru (yang gagal mengikuti seleksi pengajar praktik), melihatnya sebagai program yang baik untuk kemajuan pendidikan. Saya melihat sendiri bagaimana (terutama) teman-teman calon guru penggerak (CGP), sibuknya minta ampun.
Di sela-sela mendampingi siswa belajar, mereka memanfaatkan waktu untuk belajar. Tak jarang hingga malam mereka masih di sekolah mengikuti pelatihan online secara bersama. Berdiskusi. Pun demikian, mereka pernah mengatakan bahwa masih untung sebab dalam satu sekolah ada beberapa teman CGP. Mereka bisa saling support.