Lihat ke Halaman Asli

Sungkowo

TERVERIFIKASI

guru

Fenomena Anak di Bawah Umur Berkendara Motor, Bagaimana Menyikapinya?

Diperbarui: 21 Oktober 2021   01:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi anak di bawah umur mengendarai motor | Sumber: Shutterstock via otomotif.kompas.com

Saya masih menemukan anak-anak SMP dan yang sederajat mengendarai motor saat pergi maupun pulang sekolah. Ada yang melewati jalan utama, ada juga yang melewati jalan-jalan tikus bahkan mereka sering tak berhelm. Padahal, mereka belum saatnya mengendarai motor karena mereka belum memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM).

Anak dibolehkan memiliki SIM kalau sudah berumur 17 tahun. Mereka harus mengurusnya terlebih dahulu di kepolisian. Syaratnya juga harus lulus ujian mengemudi. Kalau belum lulus ujian mengemudi, mereka belum diperbolehkan mengendarai kendaraan. 

Tapi fakta berbicara lain, sebagian orang tua mengizinkan anak mereka mengendarai motor meski mereka belum berusia 17 tahun. 

Mereka masih mengenakan seragam putih-biru. Memang jumlahnya tak seberapa kalau dibandingkan dengan mereka yang menaiki sepeda, berjalan kaki, dan diantar-jemput. Seberapa pun jumlahnya, tetap saja mereka tak taat aturan dan itu menjadi contoh buruk.

Sejauh saya ketahui, tak ada satu guru pun di SMP dan yang sederajat mengizinkan anak didiknya mengendarai motor saat pergi dan pulang sekolah, ada tata tertibnya.

Tata tertib tersebut pada awal masuk sekolah sudah disosialisasikan kepada anak dan orangtua. Bahkan, umumnya mereka harus menandatanganinya dua rangkap. Satu rangkap untuk orang tua dan anak, satunya untuk dokumen di sekolah.

Memang tak dapat dipungkiri dengan mengendarai motor sendiri, orang tua tak perlu antar-jemput anaknya. Bagi orang tua yang super sibuk sangat menguntungkan. Sebab, waktunya bisa dikonsentrasikan secara utuh untuk bekerja. 

Hanya, orang tua yang mengizinkannya, entah menyadari atau tidak, kalau mereka (sebetulnya) sudah memberi ruang bagi anaknya untuk tak menaati aturan.

Sebetulnya menggantikan motor dengan sepeda merupakan alternatif yang mendidik. Selain anak dididik dalam kesederhanaan dan biasa berolahraga. Akan tetapi, lokasi rumah yang dianggap jauh dari sekolah mungkin menjadi pertimbangan orang tua.

Kalau menaiki sepeda apalagi berjalan kaki, kemungkinan anak terlambat tiba di sekolah. Ya, mungkin ada benarnya juga. Tapi, bukankah anak dapat diantar dan dijemput oleh orangtua, saudara, tetangga, pembantu, atau ojek?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline