Lihat ke Halaman Asli

Sungkowo

TERVERIFIKASI

guru

Saya Menerima, Tak Ada Hak untuk Menolak

Diperbarui: 10 Oktober 2019   02:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Sehabis wajah saya dibersihkan istri, sudah seperti biasanya, kapas terakhir saya minta. Untuk membersihkan leher, bagian depan, belakang, dan samping. Area melingkar leher saya bersihkan dengan kapas itu. 

Memang akhirnya menjadi bersih. Terlihat warna kapas berubah, tidak putih lagi, yang berarti kekotoran yang menempel di kulit leher terserap oleh kapas.

Sesuatu mengagetkan saya. Sebab, saat saya membersihkan leher bagian kanan, persis di bawah telinga, saya merasakan ada benjolan. Saya meraba-rabanya. Beberapa kali posisi leher saya ubah. 

Terasa benar benjolan itu ketika saya elus-elus. Tidak rata. Urat, yang menurut pemahaman saya, saya urut dari bawah ke atas, tepat pada bagian tersebut memang benjol.

Ya sudah. Saat itu saya menerimanya dengan tenang. Dan, sampai saat ini, ketika saya sudah ke poliklinik BPJS, sesuai jatah saya, tetap tenang. Entah mengapa? Saya tidak tahu. 

Saya menyikapinya berserah begitu saja kepada Tuhan. Sebab, adanya "sesuatu" yang tiba-tiba muncul di bagian tubuh saya itu tentu Tuhan mengizinkan. Begitu keyakinan saya bekerja.

Memang sempat terbayang kenalan-kenalan saya atau orang-orang yang saya ketahui mengalami ada tanda-tanda seperti di bagian tubuh saya  itu. Orang mengatakan getah bening. 

Umumnya, orang selalu menghubungkan dengan kanker getah bening. Ya, kanker getah bening. Dan, kanker yang satu ini ditakuti banyak orang atau bahkan semua orang. Karena mematikan. Itu yang berkembang dalam pemahaman banyak orang, termasuk saya dan istri saya.

Apalagi, kurang dari seminggu yang lalu istri saya dan teman-teman membesuk kolega yang sakit. Katanya, kanker getah bening. Tanda-tandanya, ada benjolan di leher. Hanya, kolega kami yang sakit itu tidak berani periksa ke dokter. Sekalipun pada awalnya memang ke rumah sakit. Yaitu ke salah satu rumah sakit di daerah kami. Tapi, selanjutnya tak lagi mempercayakan sakitnya itu ke rumah sakit. Ia lebih meyakini pengobatan alternatif.

Saat dibesuk kondisinya lemah. Kata istri saya,  yang berprofesi di bidang kesehatan, mengatakan bahwa suhu tubuh kolega kami itu, tinggi. Seharusnya ia ditangani secara medis.  

Setidak-tidaknya dibawa ke rumah sakit. Agar mendapat tambahan cairan dan pengobatan.  Dengan begitu, suhu tubuhnya dapat menurun. Tapi, karena berbagai pertimbangan, ia berobat sesuai keyakinannya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline