Lihat ke Halaman Asli

Aku Diabetes, tapi Aku Masih Ingin Makan Nasi

Diperbarui: 7 Februari 2018   07:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pribadi

Sudah dua bulan terakhir saya terpaksa menghentikan kebiasaannya menyantap nasi putih dan lauk pauk ketika jam makan tiba.

Hal ini  terpaksa saya jalani lantaran hasil diagnosa dokter menyebutkan saya  mengidap diabetes tipe 2.

Padahal anda tahu, kegemaran saya adalah berwisata kuliner dan apapun makanannya, nasi putih selalu ada dalam menu. Sekarang, setelah saya divonis diabetes, saya harus mengubah total menu makanan, termasuk berhenti makan nasi putih.

Selama beberapa pekan terakhir saya  dan istri terus melakukan perjalanan spiritual, mencari ketenangan hati, smbari berdoa agar ditunjukkan resep obat paling baik untuk penderita diabetes.

Saya mencoba berbagai macam nasi, termasuk nasi dari beras merah yang disebut banyak orang memiliki kadar gula yang rendah.

Dalam masa pencarian itu, saya ketemu sorang pejuang pertanian organik, bernama Hasnil Mutaqiem, yang kini saya ketahui sebagai owner perusahaan besar sektor agro non kimia.

Saya disarankan untuk mengubah pola makan, dari makan sembarangan, ke pola makan zaman dahulu kala, yakni makan dari bahan makanan  mendapat saran dari dokternya untuk mencoba beras yang terbuat dari sagu.

"Ternyata saya baru tahu, ada beras diabetes, yang  memiliki kadar gula yang sangat rendah sehingga cocok bagi pengidap diabetes seperti saya," katanya.

Setelah satu kali mencoba, saya mantap untuk terus menyantap nasi beras diabetes, yang diproduksi dengan cara yang canggih dan dari galur yang bagus.

Indeks Klikemik

Pada tahun 2010 Ir. Elisa Dewiyanti A. Dipl.Bus. Melakukan Riset selama 1 tahun untuk mendapatka beras sehat buat komunitas Diabetes , didalam percobaan tersebut beras yang diambil adalah dari bibit terbagus kemudian diolah dengan menggunakan teknology sehingga menghasilkan beras yang bebas gula dan Indeks Glikemik rendah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline