[caption caption="capture dari LINE"][/caption]
Hari ini tanggal 23 Juli diperingati sebagai hari anak nasional (HAN). Hari anak ini berlaku untuk semua anak-anak, tidak membedakan apakah anak kandung, anak asuh atau anak angkat, yang pasti bukan anak yang diangkat-angkat yang usianya sudah bukan anak-anak lagi.
Saya tahunya tanggal 23 Juli sebagai hari anak setelah baca berita di detik.com pagi ini. Kalo hari ibu tanggal 22 Desember, dan hari ayah tanggal 12 November, saya sudah tahu, yang belum tahu sampai sekarang kapan hari kakek, hari nenek, hari paman/om, hari bibi/tante dan hari ponakan. Melihat perkembangan jaman yang makin demokrasi dan makin emansipasi, mungkin suatu hari aka nada hari-hari tersebut.
[caption caption="capture dari detik.com"]
[/caption]
Beberapa waktu lalu, marak berita di Indonesia terkait penelantaran anak ;
1. Ada kasus dosen universitas Muhammadiyah Utomo Permono dan istrinya Nurindria Sari yang asik mengkonsumsi shabu-shabu dan menelantarkan 4 anak, serta mengusir anak laki-lakinya (D 8 tahun) dari rumah dan membiarkannya berkeliaran di jalanan selama sebulan lebih,
2. Ada kasus penelantaran bahkan pembunuhan anak angkat bernama Angeline di Bali yang diduga kuat dilakukan oleh ibu angkatnya bernama Margriet,
3. Ada kasus penganiayaan anak kandung berusia 12 tahun oleh ibunya di Cipulir. Tidak tanggung-tanggung bentuk penganiayaannya, mulai dari di lempar gelas dan mangkok, di sundut rokok, di tampar, sampai di gergaji tangannya, memang tidak sampai putus seperti kayu, tapi sudah meninggalkan bekas luka baret-baret dan trauma di hati yang pasti sulit hilang.
Melihat fenomena penelantaran anak, penganiayaan anak bahkan pembunuhan anak, saya sangat sedih, miris, bahkan marah. Dalam hati saya bertanya “Koq mereka bisa sekejam itu ke anak-anak? Mahluk kecil tak berdosa, yang tersenyum saja sudah lucu dan menggemaskan, yang seharusnya menikmati masa anak-anak dengan bermain riang gembira bersama teman-teman sebaya, ini malah seolah-olah anak-anak menjadi beban kehidupan di dunia, menjadi sumber masalah, sehingga menjadi pelampiasan amarah tanpa anak tersebut tak kuasa untuk membalas. Jadi orang jangan Cuma mau enak bikinnya aja, mengurus anaknya gak mau, dasar manusia egois.”
Saya mau memberikan testimony beberapa sahabat yang sudah menikah tahunan tapi gusti Allah SWT belum memberikan kepercayaan kepada mereka untuk memiliki anak, padahal mereka sudah menempuh berbagai macam cara untuk segera memiliki momongan. Cekidot ;
Pasangan Hans dan Gret di Depok mengatakan “15 tahun kami menikah dan belum mempunyai anak, padahal sperma dan sel telur kami sehat. Kami punya segalanya, karir kami di kantor bagus. Rumah besar dan halaman luas yang kami punya jadi seperti rumah hantu tanpa kehadiran tawa dan tangis anak-anak di pagi, siang atau malam hari.”