[caption id="attachment_402660" align="aligncenter" width="410" caption="Dok pribadi"][/caption]
Setelah membaca berita di detik.com malam ini yang berjudul "Akan Dimakzulkan DPRD, Ahok : Bagus, Gue Ngelamar Jadi Kabulog" Saya mengernyitkan dahi, membaca isi berita secara perlahan dan mengulang membacanya sekali lagi, untuk memastikan apakah Ahok mengatakan hal tersebut secara serius atau becanda? Dari berita detik.com tersebut, Saya berkesimpulan Ahok mengatakan hal tersebut secara becanda.
Menjawab pertanyaan wartawan yang menanyakan bagaimana tanggapan gubernur DKI Jakarta atas pernyataan wakil ketua DPRD DKI M Taufik, bahwa tujuan hak angket DPRD DKI yang pada ujungnya adalah pemakzulan terhadap dirinya selaku gubernur DKI Jakarta, Ahok mengatakan : "Memakzulkan? Bagus dong. Kan gue udah ngelamar jadi Kabulog. Nanti lo beli beras murah."
Dalam hati saya bertanya "Ahok ini paham gak sih apa yang diomonginnya? Bagaimana kalo malaikat mencatat pernyataannya lalu Tuhan mengamini dan melancarkan hak angket DPRD DKI sehingga Ahok pun harus dimakzulkan, dan diganti oleh wagub Djarot dari PDIP. Kalo pun dianggap becanda, menurut Saya becandaan Ahok sama sekali gak lucu."
Saran saya kepada Ahok, sama seperti saran banyak orang ke Ahok "Jaga mulutmu Hok. Ingat pesan bang Ruhut di ILC bahwa mulutmu harimaumu."
Dari pernyataan pendek Ahok, saya mencoba mengkritisi beberapa hal, kalo mengkriting rambut saya gak bisa, biar itu dilakukan hairstylish di Salon langganan Ahok saja.
1. Memakzulkan? Bagus dong
Dari pernyataan tersebut bisa diketahui bahwa upaya DPRD DKI mengajukan hak angket ke gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama a.k.a Ahok, dan jika disimpulkan gubernur Ahok melanggar peraturan perundangan, maka DPRD DKI mengusulkan untuk memakzulkan gubernur Ahok adalah hal bagus.
Kalo Ahok yang dimakzulkan saja sudah mengatakan bagus, kita warga DKI Jakarta mau mengatakan apalagi? Paling banter yah setuju dengan kerja DPRD DKI yang "bagus" tersebut yang telah diaminkan Ahok.
2. Kan gue udah ngelamar jadi Kabulog
Saya ingin mengkritisi kalimat ini dengan beberapa pertanyaan kritis :