Kemarin saya membaca tulisan HL di kanal Media dari kompasiana fiksianer terbaik 2013 Fandi Sido berjudul "Kompasiana: Jurnalisme Warga atau Gosip?"
Menurut Saya, inti tulisan Fandi Sido mengatakan "Kompasiana berubah, jaman kejayaan kompasiana adalah tahun 2010-2011 saat masih identik dengan jurnalisme warga, karena banyak penulis hebat yang saat ini sudah gak nulis lagi di kompasiana, sehingga kompasiana sudah tidak jaya lagi."
Masih menurut saya, Fandi Sido mungkin lupa bahwa saat ini masih banyak kompasianer senior (dilihat dari waktu mendaftar) yang juga penulis hebat yang masih aktif menulis di kompasiana hingga saat ini, yaitu Elde, Esther Lima, Gatot Swandito, Muhammad Armand dll, jadi sebenarnya masalah datang dan pergi penulis hebat dari kompasiana, gak usah diambil pusing, itu adalah hal biasa, dinamika bersosial media.
Mungkin yang pergi merasa lelah, mungkin juga bosan, mungkin juga sibuk gak punya waktu untuk menulis lagi dll. Kalo ada 1 atau 2 "kompasianer hebat" tidak lagi menulis dan curhat berhenti menulis gara-gara banyak kompasiana berubah, maka sebaiknya Fandi Sido memberitahu mereka-mereka itu untuk jangan pergi, karena kalo mereka pergi nanti kompasiana akan sepi dan lama-lama akan ditutup karena kehilangan penulis-penulis hebat.
Pagi ini saya membaca tulisan HL di kanal media dari kompasiana Hilman Fajrian berjudul "Dengan Jurnalisme Warga dan Gosip, Kompasiana Membuat Perbedaan"
Menurut Saya, inti tulisan Hilman Fajrian mengatakan "Dengan berubahnya kompasiana, hal itu baik bagi kompasiana sendiri, karena menjadikannya berbeda dengan media lain dan menjadikannya bermanfaat bagi banyak orang, tak peduli seberapa pandainya mereka."
Masih menurut Saya, Hilman Fajrian lupa, bahwa kompasiana bukan hanya bermanfaat bagi banyak orang, tetapi juga menjadi sumber inspirasi banyak orang untuk menulis. Banyak warga biasa yang tadinya cuma ibu rumah tangga, sejak membaca tulisan-tulisan di kompasiana, memberanikan dirinya untuk menulis.
Siapa sangka, ternyata pengetahuan ibu rumah tangga ini begitu luasnya, kemampuan mereka menulis tentang apa saja yang mereka amati, walaupun dengan gaya khas emak-emak yang seperti curhat, jauh melebihi kemampuan menulis kompasianer yang telah lama menulis di kompasiana. Ukurannya mudah saja, HL dan TA dari admin menjadi ganjaran paling pas sebagai tolok ukur. 2 emak-emak ibu Rumah Tangga bisa saya sebut (walau belum minta ijin untuk menyebutkan) adalah Ifani dan Mike Reyssent.
Siang ini saya membaca tulisan-tulisan dari sahabat kompasianer sebagai bentuk tanggapan langsung atau tidak langsung terhadap tulisan Fandi Sido yang cukup mengguncang jagad kompasiana, karena sedikit menyinggung hati beberapa kompasianer yang tulisannya hanyalah "sampah", makanya gak dilirik oleh admin dan dijadikan HL, TA apalagi FA.
Pebriano Bagindo menulis "Berenang di Genangan Sampah Kompasiana", tulisan yang ciamik yang saya baca dari awal hingga akhir dengan asyik, dalam hati Saya akan marah, kalo perlu dengan sumpah serapah, jika ada yang mengatakan Pebriano Bagindo adalah penulis sampah.
Gatot Swandito menulis "K-er Hebat Hengkang, "Sampah" Yang Disalahkan" yang di-TA oleh admin kompasiana yang smart nan cerdas, tulisan dari lubuk hati terdalam yang penuh kejujuran dari saksi hidup kompasiana atas berbagai dinamika yang ada, mulai dari pertemanan, persahabatan, percintaan, sampai perseteruan yang sampai (akan) ke jalur hukum.