Lihat ke Halaman Asli

Kangen Penulis Hebat yang Tidak Lagi Menulis di Kompasiana

Diperbarui: 17 Juni 2015   10:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1425398681904443239

Kompasiana akhir-akhir ini terasa agak sepi dibanding hari-hari biasa, apalagi kanal fiksiana, ada yang mengatakan seperti kuburan, sepi senyap cuma ada suara jangkrik dan kecoa.

Suatu tulisan di kanal fiksiana, misal puisi atau cermin, sangat sulit sekali mencapai 100 hits, sampai-sampai salah satu klub pecinta fiksi (desa rangkat) mengadakan lomba puisi dengan tema "Perempuan dalam aksara".

Yang ikut lomba cukup banyak juga, hadiahnya lumayan besar, juara I mendapat pulsa senilai Rp 200.000, juara II mendapat pulsa senilai Rp 150.000. Saya pun tertarik ikutan lomba puisi ini. Sama seperti fiksianer lain yang ikut lomba, niatnya untuk meramaikan kanal fiksiana yang sepi bak kuburan di malam jumat kliwon.

Saya mempublish puisi berjudul "Perempuan Pembuat Kasmaran", yang Saya persembahkan untuk istri Saya tercinta, yang sampai tulisan ini Saya publish, berhasil menangguk 210 hits, 69 comments dan 23 votes.

Statistik yang lumayan bagus menurut Saya untuk sebuah puisi yang dibuat oleh fiksianer pemula seperti saya, yang sebelum mempublish puisi tersebut, sempat terselip keragu-raguan "Apakah coretan yang saya buat layak disebut puisi? Dan apakah layak untuk diikutkan lomba, bersaing dengan puisi-puisi karya pujangga kompasiana seperti Rahab Ganendra, Doni Bastian, Dewi Pagi dan Muhammad Armand?"

Nasi sudah menjadi bubur, Saya sudah terlanjur mendapat cium bibir, nyatanya ada beberapa apresiasi (compliment) dari rekan kompasianer, katanya puisi saya puitis, romantis dan bikin nangis. Mereka sama sekali gak menyangka, Pakde Kartono yang mereka kenal humoris dan sering ngakak ngekek di mana-mana, ternyata romantis juga.

Dalam hati saya cuma tertawa ngakak, saya bergumam "Kalo cuma modal humoris, tapi gak romantis, bagaimana Saya bisa memperistri Bude, wanita tercantik di sekolah, kembang di kotanya dan pewaris tunggal harta papa mamanya yang bernilai puluhan miliar."

[caption id="attachment_400725" align="aligncenter" width="451" caption="Dok pribadi"][/caption]

Tentang sepinya kompasiana, saya dan teman-teman Pejaten melakukan pembahasan ringan, tentang apa alasan utamanya? Salah satu jawaban yang mengemuka adalah karena penulis-penulis hebat banyak yang tidak menulis lagi di kompasiana karena berbagai alasan. Alasan lain yang mengemuka, karena admin kompasiana mulai jarang menghighlight dan menTA artikel-artikel Pakde Kartono yang keren-keren seperti tahun 2012, 2013 dan 2014 silam.

SLOW atuh Pakde, koq jadi curhat? Wkwkwk

Dalam hati saya mengangguk-anggukan kepala, saya juga kehilangan dengan beberapa penulis-penulis hebat ini, saya rindu tulisan-tulisannya yang keren, yang selalu saya tunggu-tunggu jam berapapun ditayangkan, mau subuh atau tengah malam, saya pasti baca. Kecuali saya dan istri sedang terlibat pertempuran hebat, maka saya akan membaca tulisan mereka menunggu pertempuran hebat kami tamat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline