Lihat ke Halaman Asli

Kecewa Kepada Agama, Jadi Free Thinker (Atheis)

Diperbarui: 23 Juni 2015   21:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14017658161345145819

Seminggu lalu, seorang sahabat di Singapura, sebut saja namanya Lee, tanpa direncanakan dan tanpa meminta persetujuan, mengeluarkan unek-uneknya dan mengajak diriku berdiskusi tentang konflik batin yang menerpa dirinya a.k.a curhat.

Lee mengatakan mulai hari itu ia, istri dan anak-anaknya tidak menganut agama, tapi ia mempercayai Tuhan itu ada, ia menyebutnya free thinker. Mungkin yang belum familiar dengan istilah free thinker, dapat mensederhanakannya dengan sebutan Atheis.

Menurut Urban Dictionary, pengertian free thinker adalah An individual whose opinions are formed on the basis of an understanding and rejection of tradition, authority or established belief.

Menurut Merriam-Webster Online, pengertian free thinker adalah one who forms opinions on the basis of reason independently of authority ; especially :  one who doubts or denies religious dogma.

Bukan tanpa alasan Lee meninggalkan agama X yang dianutnya (sebelumnya ia beragama Y). Ia mengatakan "Setelah melewati berbagai fase kehidupan, aku percaya agama hanya membuang-buang waktuku dengan aktivitas-aktivitas, ritual-ritual, seremoni-seremoni untuk memuji dan memuja Tuhan. Semua agama melakukan hal tersebut, dengan cara dan variasi yang berbeda-beda. Tuhannya hanya satu, tapi cara memuji dan memujanya koq beda-beda. Aku kuatir Tuhan akan bingung pilih mana yang diberkatinya. Pada kenyataannya, banyak orang dari berbagai agama yang diberkati Tuhan dan kehidupan mereka bahagia, aman, nyaman dan sejahtera."

[caption id="attachment_339916" align="aligncenter" width="515" caption="Foto dari bbm sonny"][/caption]

Aku iseng bertanya saking penasaran kenapa Lee memutuskan jadi free thinker "Bro sendiri bahagia, aman, nyaman dan sejahtera setelah memeluk agama X ini?"

Sambil menunduk, Lee menjawab "Justru itu bro, aku kecewa pada agamaku. Sebelumnya aku merasa sangat beruntung, diberkati Tuhan setelah memeluk agama X ini. Aku diberikan istri yang baik, cantik dan setia, 2 anak gadis yang baik, cantik dan pintar, harta melimpah tak kurang suatu apapun. Tapi entah kenapa, mulai awal tahun ini, bisnisku mendadak tidak berkembang, malah mengalami kemunduran. Tagihan-tagihan macet. Aku terus menerus mengalami kesialan-kesialan. Sampai akhirnya aku memakai uang perusahaan dalam jumlah sangat banyak, dan aku kehilangan uang tersebut karena salah ambil posisi waktu trading forex dan kalah besar sewaktu main dengan penjudi-penjudi dari Indonesia. Sekarang perusahaan mengejar-ngejar aku untuk mengganti uang tersebut. Semua assetku yang bernilai tinggi sudah ku jual, tabungan dan deposito sudah kucairkan, tetap saja tidak menutupi uang perusahaan yang kupakai. Apa salahku? Mengapa Tuhan begitu jahat denganku?"

Aku bertanya sekali lagi (dengan nada pelan) "Apapun keputusan bro, saya menghargai dan menghormati, yang penting bro sadar dan penuh tanggung jawab menjalani keputusan tersebut. Bro bukan satu-satunya free thinker di dunia, banyak juga free thinker yang kehidupan mereka bahagia, aman, nyaman dan sejahtera. Saya sendiri bisa memahami apa yang bro rasakan, karena saya pernah mengalami fase kejayaan, keterpurukan, kejayaan lagi, keterpurukan lagi, dan sekarang jaya lagi. Saya hampir-hampir gila menghadapi situasi saat terpuruk, saya merasa agama dan Tuhan tidak hadir waktu itu. Tapi saya gak mau nyalahin siapa-siapa, tidak mau nyalahin agama, apalagi Tuhan, dan saya gak punya cukup keberanian seperti bro untuk menyatakan diri sebagai free thinker. Menurut saya, bahagia itu sederhana. Bahagia kita yang buat. Kebahagiaan menurutku saat punya istri, anak-anak, keluarga, teman-teman, sahabat-sahabat yang mencintaiku, menyayangiku, membutuhkanku, menginginkanku, dan membantuku dalam situasi-situasi sulit, termasuk saat sedang terpuruk kondisi perekonomian. Yang lainnya tidak aku pusingkan lagi."

Selamat pagi Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline