Wakil gubernur DKI Jakarta kembali membuat gebrakan yang menghebohkan jagad pemberitaan nasional. Gara-gara tidak setuju dengan sikap partai Gerindra dan koalisi merah putih yang mengusulkan Pilkada tidak langsung, Ahok serta merta mengundurkan diri dari Partai Gerindra dan mengembalikan kartu anggotanya.
Reaksi beragam muncul, baik dari pengurus partai Gerindra, dari anggota koalisi merah putih, dari Jokowi and the gank, dan dari masyarakat umum. Yang dari masyarakat umum kebanyakan mendukung sikap Ahok, yang lebih memilih melayani rakyat daripada melayani partai dan DPRD jika RUU Pilkada Tidak Langsung jadi disahkan. Bukan rahasia lagi, jika kepala daerah dipilih oleh DPRD, akan ada lobby-lobby dari calon kepala daerah kepada anggota DPRD yang jumlahnya hanya puluhan orang, agar memenangkan dirinya dalam pemilihan di DPRD, dan lobby-lobby ini tidak gratis, pasti sarat kepentingan dan politik uang.
Ketua DPD Partai Gerindra DKI Jakarta M Taufik mengatakan "Prestasi apa Ahok? Ahok tuh ngomong doang. Mau pecat A, pecat B, enggak dilakukan. Prestasinya apa? Enggak ada hebatnya Ahok itu. Ngomong mau pecat Kepala Dinas PU dari dua bulan lalu, Kepala Dinas perumahan juga, sekarang masih tuh."
Wakil ketua umum DPP Partai Gerindra mengatakan Fadli Zon "Ahok tidak beretika, tidak mengerti partai. Kontribusi dia di Gerindra kecil, dan orang akan menilai track record dia, ini bukti orang jadi 'kutu loncat."
Ketua Fraksi PKS DPR RI Hidayat Nur Wahid mengatakan "Kalau Ahok jantan, seperti yang ditantang Pak Taufik (Ketua DPD Gerindra DKI Jakarta) mundur dari Gerindra, berani enggak Ahok mundur dari Wagub. Jangan cari enaknya saja. Emangnya maju perseorangan."
Bukan Ahok namanya kalo dikritik tidak melawan. Ahok meladeni ocehan-ocehan tidak jelas dari M Taufik, Fadli Zon, Hidayat Nur Wahid dll dengan tidak kalah pedasnya. Atas pengunduran dirinya, ia merasa lega dan bahagia, yang terlihat dari raut mukanya yang bercahaya, sesuai dengan namanya Tjahaja. Ahok mengatakan "Saya sudah resmi mengundurkan diri dari Gerindra. Sejak saya memasukkan surat ini, saya sudah bukan orang partai politik lagi."
Saya mau mengkritisi pendapat dari 3 tokoh yang mendiskreditkan Ahok di atas. Mereka bicara seolah-olah paling hebat, padahal sejatinya mereka tidak ada apa-apanya, dan satu Indonesia sudah tahu siapa mereka sesungguhnya, yaitu badut-badut politik.
1. M Taufik : "Prestasi apa Ahok?"
Pak M Taufik mungkin selama ini asik tidur dan bermimpi yah, sampai tidak tahu prestasi Ahok apa? Dan malah bertanya ke kita-kita masyarakat umum. Kan banyak prestasi Ahok, termasuk marah-marahnya Ahok, yang beritanya dimuat di harian ibu kota dan di media sosial. Kalo memang Ahok tidak punya prestasi, usulkan saja diimpeachment oleh DPRD DKI Jakarta. Kalo bapak yang anggota DPRD DKI saja gak tahu prestasi Ahok apa? Apalagi kita-kita. Cape deh.
2. Fadli Zon : "Kontribusi dia di Gerindra kecil"
Saya setuju sekali dengan pendapat Fadli Zon ini. Memang kontribusi Ahok ke gerindra relatif kecil, karena Ahok memang sejatinya bukan kader Gerindra. Ahok adalah anggota DPR RI dari fraksi partai golkar di DPR RI 2009-2014. Yang paling besar kontribusi di partai gerindra adalah Fadli Zon, dengan segala blunder dan ketololannya, membuat Prabowo Subianto, capres yang diusung Gerindra dan koalisi merah putih kalah 3 kali di pilpres kemarin, yaitu versi quick count, versi KPU dan versi MK. Kontribusi Fadli Zon dengan puisi-puisi satirenya bahkan membuka mata banyak sastrawan Indonesia, ternyata politisi bisa juga bikin puisi yang indah, disangkanya politisi cuma bisa omong besar saja.