Lihat ke Halaman Asli

Terbukti Ahok Menyebabkan Kemiskinan Kian Melonjak di Jakarta

Diperbarui: 18 Mei 2016   10:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari pengusaha menjadi pemulung. Foto suara.com

Di Jakarta, tak hanya orang miskin yang bertambah, orang-orang yang tergoncang jiwanya atau depresi juga semakin banyak, bahkan badut-badut dadakan berkeliaran di pasar-pasar. Hal itu dipicu oleh akan kembalinya Ahok mencalonkan diri menjadi gubernur DKI Jakarta periode ke-dua pada pilkada DKI 2017.

Tidak aneh dan wajar-wajar saja manakala yang menambah angka kemiskinan itu warga biasa. Namun, ini sangat mengkhawatirkan karena bertambahnya orang miskin dan semakin banyak  orang stres itu  bukan dari warga kebanyakan, namun dari kalangan atas.

Sebagai contoh, ada seorang pengusaha kaya raya tiba-tiba jatuh miskin dan langsung menjadi pemulung, memulung sampah dijalanan. Ini wajib dikasihani dan disantuni.

Memulung sampah. Foto suara.com

Ada lagi yang aneh, ini bukan miskin, tapi orang kaya yang ingin miskin, sehingga dia menghambur-hamburkan uang lewat jendela mobil mewahnya. Bagi dia puluhan ribu itu hanya seperti daki saja, tidak layak berada pada dompetnya, makanya sebarkan saja dijalanan. Dan tentunya banyak orang saling berebut uang pecahan puluhan ribu itu.

Bagi bagi duit. Foto metronews.com

Wanita Emas bagi-bagi duit. tribunnews.com

Bob Sadino tidak pernah mengenakan celana panjang bukan karena miskin, justru saking kayanya, itu namanya eksentrik. Namun jika ada orang yang meniru mengenakan celana pendek didepan publik padahal dia bukan pengusaha kaya atau bukan sedang berolah raga, apa namanya ya?......ah mungkin dia sedang mbadut(melawak).

Mickey Mouse Celana Pendek. Foto Tribunnews.com

Untuk menghentikan laju pertumbuhan “kemiskinan” dan “ketidakwarasan” juga “badut-badut” berkeliaran di pasar-pasar di Jakarta,  hanya ada satu cara, halangi Ahok menjadi gubernur DKI Jakarta, dan bila perlu paksa mundur dia sekarang juga.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline