Di Jakarta, tak hanya orang miskin yang bertambah, orang-orang yang tergoncang jiwanya atau depresi juga semakin banyak, bahkan badut-badut dadakan berkeliaran di pasar-pasar. Hal itu dipicu oleh akan kembalinya Ahok mencalonkan diri menjadi gubernur DKI Jakarta periode ke-dua pada pilkada DKI 2017.
Tidak aneh dan wajar-wajar saja manakala yang menambah angka kemiskinan itu warga biasa. Namun, ini sangat mengkhawatirkan karena bertambahnya orang miskin dan semakin banyak orang stres itu bukan dari warga kebanyakan, namun dari kalangan atas.
Sebagai contoh, ada seorang pengusaha kaya raya tiba-tiba jatuh miskin dan langsung menjadi pemulung, memulung sampah dijalanan. Ini wajib dikasihani dan disantuni.
Ada lagi yang aneh, ini bukan miskin, tapi orang kaya yang ingin miskin, sehingga dia menghambur-hamburkan uang lewat jendela mobil mewahnya. Bagi dia puluhan ribu itu hanya seperti daki saja, tidak layak berada pada dompetnya, makanya sebarkan saja dijalanan. Dan tentunya banyak orang saling berebut uang pecahan puluhan ribu itu.
Bob Sadino tidak pernah mengenakan celana panjang bukan karena miskin, justru saking kayanya, itu namanya eksentrik. Namun jika ada orang yang meniru mengenakan celana pendek didepan publik padahal dia bukan pengusaha kaya atau bukan sedang berolah raga, apa namanya ya?......ah mungkin dia sedang mbadut(melawak).
Untuk menghentikan laju pertumbuhan “kemiskinan” dan “ketidakwarasan” juga “badut-badut” berkeliaran di pasar-pasar di Jakarta, hanya ada satu cara, halangi Ahok menjadi gubernur DKI Jakarta, dan bila perlu paksa mundur dia sekarang juga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H