Lihat ke Halaman Asli

Ingin Mengetahui Permasalahan Bangsa Secara Luas, Mendalam, Detil dan Akurat? Jangan Pindahkan Kanal Anda dari TV yang “SATU” Ini!

Diperbarui: 13 Agustus 2015   22:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Karut Marut, Tidak Ada Satupun Yang Benar"][/caption]

CORONG PEMERINTAH

Dulu, di era Orde Baru TVRI dianggap sebagai corong pemerintah. Yang disampaikan hanya yang baik-baik saja. Misalnya kemajuan pembangunan di berbagai bidang. Di bidang pertanian misalnya, ada kelompencapir. Di bidang pendidikan ada SD Inpres, dan lain sebagainya. Sehingga sering ada orang yang berceloteh “Penak jamanku to?”

DEMOKRASI?

Beda era orba dengan era reformasi. Dengan berlindung dibawah kata demokrasi, melakukan apapun bebas. Mengkritik, mencemooh, mengejek, menghina bahkan memfitnah bebas sebebas-bebasnya, bila tidak bisa disebut kebablasan.
Jika hal itu—mengkritik, mengejek, mencemooh, menghina dan memfitnah—dilakukan oleh orang kebanyakan, mungkin pengaruhnya tidak seberapa. Namun jika dilakukan oleh stasiun TV yang setiap hari ditayangkan, bahkan setiap jam dan berulang-ulang, akan sangat berpengaruh buruk terhadap para pemirsa. Terlebih lagi jika ditelan bulat-bulat apa yang diberitakan atau ditayangkan oleh TV tertentu. Pikiran orang akan tersugesti, seolah-olah apa yang diberitakan itu benar adanya. Lebih berbahaya lagi jika dibumbui nada provokatif.

MENGKRITIK PENGKRITIK

Boleh kan mengkritik pengkritik. Boleh? Kalo boleh saya akan mengkritik TV yang “MEMANG BEDA” bahkan sejak kampanye Pilpres 2014. Sudah menjadi rahasia umum bahwa TV yang “SATU” itu memang beda. Dari survey hingga quick count, beda dengan yang lainnya.
Jujur saja saya memang ketika pilpres 2014 memilih Jokowi-JK. Presiden Jokowi bukan malaikat, beliau hanya manusia biasa seperti kita, pasti punya kelemahan, kekurangan dan kesalahan. Meskipun demikian bukan berarti apa yang dilakukan atau kebijakan yang diambil Presiden Jokowi itu salah semua. Masa’ tidak ada satupun kebijakan yang benar.
Dari merekrut pembantunya (menteri-menteri) sudah salah. Merekrut dari kader-kader partai katanya tidak profesional. Merekrut profesional menjadi pembantunya dibilang tidak tahu balas budi pada pengusungnya. Ekonomi melemah didesak reshufle kabinet, sudah direshufle katanya salah tempat. Belum bekerja sudah dibilang tidak mampu, tidak cocok. Dadi karepmu kuwi apa?

PROVOKATIF

Ada tayangan (yang menurut saya agak provokatif), entah apa istilahnya saya kurang tahu. Apakah itu potongan berita, atau jeda iklan atau selingan, entahlah, kurang lebih bunyinya begini : “Semakin gencarnya serbuan tenaga kerja dari Tiongkok menyusul semakin mesranya hubungan antara Indonesia dan Tiongkok”, diringi dengan gambar para pekerja mengenakan helem dan gambar Presiden Jokowi sedang bersalaman dengan entah itu dengan Perdana Menteri atau siapa sayapun kurang tahu. Itu ditayangkan setiap hari, apakah tidak bisa diupdate dengan tema yang lain? Itu dapat memprovokasi para buruh atau para pengangguran sebagai pembenaran bahwa meningkatnya angka pengangguran karena terdesak oleh gencarnya serbuan pekerja dari Tiongkok. Bisa kacau! Apakah memang kekacauan yang diharapkan oleh (bos) TV yang “SATU” itu?

[caption caption="Meski hanya beberapa detik,tetapi setiap hari lebih dari satu kali ditayangkan, dapat menggiring opini bahkan memprovokasi. "]

[/caption]

RESHUFFLE

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline