Sesungguhnya semua hari atau tanggal itu sama saja, tidak ada yang buruk atau baik, terlebih lagi sepesial atau istimewa, termasuk juga hari atau tanggal 30 Juli ini. Namun beberapa orang mungkin ada yang menjadikan hari atau tanggal tertentu menjadi istimewa atau berkesan. Itu mungkin lantaran pada hari atau tanggal tersebut adalah tanggal kelahiran atau hari pernikahan dan sebagainya.
Bagi saya tanggal 30 Juli ini—sesungguhnya—bukanlah hari istimewa, namun ada sesuatu yang sangat berkesan, yakni hari dimana saya diterima menjadi Bloger Kompasiana atau yang akrab disebut Kompasianer. Ya, tanggal 30 Juli 2011 saya bergabung ke Kompasiana. Artinya saya sudah empat tahun menjadi member Kompasiana.
Tidak ada istilah junior atau senior. Baik itu dipandang dari usia maupun lamanya bergabung di Kompasiana.
Ada yang sudah empat tahun menjadi Kompasianer tapi jarang menulis (seperti saya). Ada pula yang bergabung baru beberapa tahun sudah menghasilkan ribuan artikel.
Sebetulnya saya ingin sekali seperti teman-teman yang tak hanya aktif tapi juga sangat produktif menulis, namun karena sesuatu hal maka saya seperti “lesu darah”, salah satu penyebabnya adalah seperti judul diatas, “disekap”!
Disekap itu artinya dijebloskan disebuah ruang tertentu yang gelap gulita dan kedap suara, dan ruang geraknya dibatasi, bahkan bila perlu mulutnya dibekap agar tidak bisa berteriak.
Lha lantas apakah penyekapan terhadap diri saya seperti itu, dan siapa yang menyekap? Tidak, tidak seperti itu dan tidak ada yang menyekap, hanya saya serasa disekap. Biasanya yang namanya penyekapan itu di dalam ruang, sedangkan saya masih bebas berkeliaran dan bebas berteriak-teriak.
Halah sudah, ketimbang bertele-tele langsung to the point saja. Penyebab saya jarang ngompasiana atau mesbuk itu karena masalah jaringan atau internet yang sangat lemah sinyalnya. Maaf ya TELKOMSEL mungkin karena lokasi atau jaringan sedang sibuk sehingga susah sekali untuk konek. Terkadang bisa konek tapi tidak ada jaringan internet. Katanya sih sudah 3G ( lampu indikator biru pada modem) tapi yang sering hanya dapat EDGE (lampu indikator hijau pada modem). Kalau sudah hijau lampu indikator pada modem, ya sudah langsung saya disconnect, tak ada harapan bisa membuka halaman situs apapun.
Ditempat kami operator atau provider hanya TELKOMSEL. Jadi kalau TELKOMSEL sedang mengalami gangguan (gangguan kok terus menerus) ya sudah, nggak ada alternatif lain, kecuali shutdown dan langsung nglungker.
Tapi, ada teman yang menggunakan simcard XL, katanya ada sinyalnya meski pilih-pilih lokasi, itupun memakai handphone. Karena saya sudah tak tahan “disekap” oleh TELKOMSEL, maka saya coba beli simcard XL, minimal bisa konek untuk hari ini saja, seperti yang sudah saya bilang diatas, hari ini 30 Juli bagi saya hari yang berkesan.
Benar apa kata teman, XL bisa tapi pilih-pilih lokasi. Kalau didalam rumah saya sama sekali tak ada sinyal, maka solusinya modem harus dibawa keluar dan di letakkan ke tempat yang lebih tinggi dan jarak dari rumah sekitar 15 meter. Genter, ya genter bambu panjang 4 meter saya jadikan sebagai tonggak modem. Beruntung ada modem wifi, kalau tidak apa harus membuat rumah panggung dulu atau modemnya disambung kabel 20 meter-an? ribet!
Ya sudah, yang penting hari ini 30 Juli 2015 (empat tahun di Kompasiana) saya masih bersyukur akun saya tidak dibaned Admin karena kurang aktif. Dan saya mohon maaf pada teman-teman yang telah membaca dan berkomentar pada tulisan saya tapi tidak (belum) saya balas, harap maklum. Semoga setelah ini sinyal internet ditempat kami lancar dan saya tidak “disekap” lagi.
Trendnya semakin menurun.
Belum bisa menghasilkan satu hari satu artikel.