Lihat ke Halaman Asli

Mengais Warisan Budaya Leluhur [2]

Diperbarui: 24 Juni 2015   18:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1361069677147325653

Sumber: dok.pri

Mengais Warisan Budaya Leluhur [2]

Tatahan Wayang Kulit

Oleh:

Pak De Sakimun

Seni pedalangan selalu terkait dengan boneka yang dimainkan sebagai pemegang peran dalam cerita dalam sebuah pertunjukan. Boneka itu diberinama wayang. Konon kata wayang itu berasal dari wewayangan atau bayangan. Ada yang mengatakan pertunjukan wayang, dalam hal ini wayang kulit adalah sebuah wayangan atau gambaran kehidupan manusia. Dan sebagian mengatakan kenapa akrab disebut sebagai wayang, lantaran pertunjukan kesenian wayang kulit diadakan pada malam hari dan pada awalnya orang melihatnya atau menonton wayang kulit itu dari belakang geber atau layar.

Pada jaman dahulu yang dijadikan sebagai alat penerangan pertunjukan wayang kulit adalah lampu blencong bukan lampu lainnya. Blencong adalah sebuah lampu yang didesain sedemikian rupa dan berbahan bakar lenga klentik atau minyak kelapa(?). Sinar nyala blencong yang berkedip itulah yang menjadikan pertunjukan wayang kulit suasananya semakin dramatis dan kelihatan hidup jika ditonton dari belakang layar.

Oleh karena itu boneka wayang kulit dibuat sedemikian rupa, terutama tentang tatahan atau ukiran dibuat seindah dan sedetail mungkin agar jika dilihat dari belakang layar tidak gelap tertutup bayangan wayang yang sedang dimainkan, melainkan bayangan wayang kelihatan detail dan rinci bagian-bagiannya dan yang pasti sangat artistik.

Menatah wayang memang sangat rumit. Dibutuhkan orang yang terampil, telaten, tidak grusah-grusuh. Tingkat kekeringan bahan kulit yang dipergunakan untuk membuat wayangpun juga sangat mempengaruhi hasil tatahan. Kulit harus benar-benar kering kemencling (seperti suara logam) jika dijentik. Jika kulit masih sedikit lembab, tatahan tidak bisa bersih njlebud (berbulu-bulu). Untuk mendapatkan hasil tatahan yang sempurna, selain pengolahan kulitnya harus baik, tatahnya juga harus benar-benar tajam. Dan yang tak kalah pentingnya adalah ketelitian dan kecermatan dan kehati-hatian selalu dijaga dalam menatah wayang.

Tatahan juga berguna sebagai pembatas atau memperjelas bagian bagian atau ornamen tertentu pada wayang kulit. Umpamanya untuk memisahkan area wajah dengan perhiasan atau atribut yang dipakai, seperti jamang, sumping, garudha mungkur dan lain sebagainya. Tatahan juga berguna untuk memudahkan pengecatan pada saat mulas dan nyungging (melukis) wayang kulit sehingga pada saat mulasjamang umpamanya tidak akan melebar ke area wajah lantaran telah dibatasi atau dibimbing oleh lubang-lubang tatahan.

Menatah wayang tidak bisa sembarangan, ada aturannya. Tiap-tiap bagian ada jenis tatah(an)nya sendiri. Umpamanya menatah gelung/rambut jenis tatah(an)nya berbeda dengan menatah sumping. Tatahan tepi sumpingpun tidak sama dengan tatahan isen-isen (isian) sumping. Dan lain sebaginya.

Berikut ini beberapa contoh bentuk dan corak tatahan pada wayang kulit pada umumnya :

13610698651236876810

Sumber: dok.pri

1361070001452927830

13610701951369357152

Sumber: dok.pri

13610703041730322469

Sumber: dok.pri

Demikianlah semoga ada manfaatnya.

*****

Bersambung.....

Tulisan sebelumnya:

Mengais Warisan Budaya Leluhur [1]

-----------

Tak kenal maka tak sayang

Tak sayang maka tak cinta

Tak cinta maka tak peduli

Tak peduli, bersiaplah ‘tuk kehilangan

Solok Selatan, 17-02-2013

Pak De Sakimun

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline