Lihat ke Halaman Asli

Anas Sedang Tergeletak, ketika KPK Menggeledah Rumahnya

Diperbarui: 24 Juni 2015   17:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

[caption id="attachment_230791" align="aligncenter" width="500" caption="dok.pri"][/caption]

Saya bukanlah pengamat bahasa saya juga bukan ahli bahasa lantaran saya memang tidak pernah kuliah, apalagi kuliah di bidang bahasa. Hanya, saya pernah belajar Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar, dulu. Saya hanya akan mengulas sedikit tentang bahasa(lisan) yang sering dilapalkan atau diucapkan oleh beberapa wartawan atau reporter stasiun televisidalam menyampaikan berita atau informasi lainnya.

Dan saya bukan sedang menggurui apalagi mengkritik, lantaran sekali lagi saya tidak mempunyai kompetensidibidang bahasa sama sekali.

Maaf, judul di atas hanya sebagai contoh saja. Tulisan ini tidak ada kaitannya dengan Anas Urbaningrum. Pada judul itu ada kata digeledah. Di dalam kata geledah itu ada dua suku kata yang melambangkan bunyi “e”. Pada suku awal kata melambangkan bunyi “e” (pepet) seperti pada kata besar, bukan bunyi“e” (taling) seperti pada kata sepak. Pada suku kedua “e” (seharusnya) melambangkan bunyi taling bukan pepet juga. Jadi pengucapan kata geledah seperti dalam kata bendera, bukan seperti pada katagelegar.

Beberapa contoh lain yang sering saya dengar diucapkan oleh reporter televisi adalah, tergeletak ( pepet- taling) diucapkan tergeletak (pepet- pepet), mengelak (pepet-taling) diucapkan mengelak (pepet-pepet) dan gembong (taling) dilapalkan gembong (pepet). Gembong (macan gembong) adalah harimau.

Berikut beberapa kalimat yang didalamnya ada kata-kata seperti contoh diatas :

Rumah tersangka korupsi itu digeledah KPK.

Ia mengelak dikatakan telah menerima suap.

Korban tabrak lari itu tergeletak dipinggir trotoar.

Gembong teroris itu telah tertangkap.

Oleh beberapa reporter televisi semua bunyi “e” itu sering diucapkan lemah (pepet). Ah apa iya? Perhatikan dan dengarkan baik-baik ketika wartawan atau reporter televisi itu mengucapkan kata-kata yang saya sebut diatas.

Beberapa kata yang menggunakan lafal e (pepet) dan e (taling) :

bendera geledah geletak jendela kelebat kemeja ketela kereta kelewang mereka selendang

Kata dengan lambang bunyi e (pepet) dan e (pepet) :

benderang bedebah gelegak gemetar keledai kedelai kemelut kelembak melepuh merekah pelepah segera

Demikianlah beberapa contoh kata , mana yang dilafalkan e pepet dan mana yang seharusnya diucapkan e taling. Sebaiknya e taling diberi tanda contreng diatasnya, tapi karena sesuatu hal, maka saya bedakan dengan warna biru (untuk pepet) dan warna merah (untuk taling).

Jangan salahkan saya jika tulisan ini salah, tapi salahkanlah guru Bahasa Indonesia saya dulu namanya Pak Mawir. Hehehe.

Tapi jika tulisan saya ini benar, semoga dibaca juga oleh para reporter tv yang saban hari menggunakan bahasa lisan (verbal) dalam menyampaikan berita atau informasi lainnya. Dan harapan kita tentunya kekeliruan berbahasa (lisan) tidak berlanjut dan ditiru oleh anak cucu kita.

Sekali lagi saya mohon maaf, saya bukan bermaksud menggurui atau mengkritik, ini sekadar menyampaikan unek-uneksaja.

*****

Solsel, 05-03-2013

Pak De Sakimun




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline