Lihat ke Halaman Asli

Bégal Bukan Bȇgal

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1427560737893888825

[caption id="attachment_357869" align="aligncenter" width="600" caption="Begal tidaksama dengan begal"][/caption]

Yang masih ramai dibicarakan atau diberitakan di media masa (cetak maupun elektronik) salah satunya adalah BÉGAL (é taling bukan pȇpȇt).

Begal dari bahasa Jawa. Begal adalah seseorang yang meminta harta orang lain dengan paksa (biasanya) di jalan-jalan sepi. Baik berupa uang atau perhiasan berharga lainnya. Dan sekarang sudah meningkat ke spedamotor dan mobil yang menjadi incarannya. Kabarnya malah ada “begal” APBD (kalau ini sih sejak dahulukala, konon malah kebocoran karena ulah “begal” itu hingga 40%) dan “begal” demokrasi. Ya, “begal” memang sedang mewabah.

Saya pun sudah lebih sebulan ini kena “begal” sehingga tidak bisa aktif di Kompasiana. Jangankan untuk membuat tulisan, membaca dan mengomentari tulisan teman saja tidak bisa. Biasa, “begal” sinyal atau gangguan jaringan ditambah dengan listrik byar-pet-pet-peeeeeeeet, maklum  di daerah kami PLN sedang ada perbaikan.

Kembali ke tentang begal. Saya bukan guru bahasa apalagi pakar bahasa. Hanya, jika mendengar reporter atau terkadang pejabat publik yang diwawancarai oleh reporter TV mengucapkan kata yang kurang tepat kok rasanya kurang enak didengar, terlebih lagi yang berasal dari bahasa Jawa seperti begal, jegal dansebagainya. Yang seharusnya diucapkan dengan e taling dibaca dengan e pepet atau sebaliknya. Tulisan senada pernah saya tulis disini.

Maaf saya bukan menggurui, sekadar mengingatkan atau menghimbau terutama (beberapa) reporter atau pembaca berita di tv untuk lebih jeli jika mengucapkan kata-kata diantaranya yang saya sebut diatas. Untungnya kata begal (pepet) itu tidak ada artinya seperti kécap (sejenis bumbu masak dari kedelai) dengan kȇcap (menggerakkan mulut).

Memang ada beberapa kata yang sudah akrab ditelinga kita meskipun salah ucap dan itu biasanya akronim. Contoh, INPRES (Instruksi PRESiden), presiden menggunakan e pepet, namun ketika disingkat menjadi e taling. Kepala Sekolah (pepet) menjadi Kepsek (taling), dan masih banyak lagi.

Beberapa kata yang memakai é (taling):

Bégal, béda, béla, bégo, énak, hébat, jégal, lélang, léwat, mémang, sépak dll.

Yang menggunakan ȇ (pepet):

Bȇbal, bȇbat, bȇdah, bȇnak, hȇning, hȇntak, jȇlang, jȇlas, kȇnal, lȇlah, sȇpi dll.

Hati-hati, sudah banyak bemacam-macam begal, jangan ditambah lagi dengan “begal” bahasa.

Maaf sekali lagi saya bukan sedang menggurui, cuma njajal internet, bisa terkirim apa tidak tulisan ini. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline