Lihat ke Halaman Asli

Balada Sehelai "Baju"

Diperbarui: 24 Juni 2015   20:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1354533328222815153

Kemarin petang ada seorang tamu datang ke rumah saya. Postur tubuhnya proporsional, tinggi tidak, pendek tidak, gemuk tidak kuruspun tidak. Wajahnya (menurut saya) sedang-sedang saja, ganteng tidak, jelek tidak, tapi dia mengatakan bahwa dia memang (dan paling) ganteng “Banyak orang, terutama gadis-gadis mengatakan bahwa saya ganteng” kata tamu itu setelah memperkenalkan diri pada saya. Perkulitannya hitam tidak, putih tidak, cokelat tidak, hijau agak-agak kelabulah kira-kira. Jenis kelaminnya laki-laki tidak, perempuan tidak, ah masak sampe nanyak kesitu, tidak etislah meriksa sesuatu yang sangat pribadi itu. Statusnya beristri tidak duda tidak, perjakaaaaaaa......yah, perjaka tulen, joko thong-thong, itu menurut pengakuannya. Saya percaya saja, gimana cara ngetesnya bahwa onderdilnya masih orisinil atau sudah remuk.

Setelah saya persilakan duduk, diapun memperkenalkan diri sambil membisikkan namanya ditelinga saya. Katanya namanya...., maaf untuk menjaga privasinya terpaksa namanya saya samarkan, sebut saja Aceng. Melihat uniformnya sepertinya dia itu seorang pejabat, dugaan saya tidak meleset setelah mendengar penuturannya. “Saya seorang Bupati, pengayom masyarakat, membawahi beberapa kecamatan dan memimpin ratusan ribu bahkan hampir jutaan warga” ujarnya dengan bangga dan sedikit sombong. Wek..ee..e..e..bupati to, weleh weleh weleeeeeeeh.

Setelah saya cecar dengan pertanyaan kenapa ia datang ketempat saya, diapun dengan memelas mengatakan bahwa ia minta nasihat dan pendapat pada saya atau solusi terhadap masalah yang sedang dihadapinya.

“Banyak orang yang mengutuk saya, bahkan warga saya berdemonstrasi agar saya turun dari jabatan saya sebagai bupati” katanya sambil terisak-isak dan mengelap umbel yang ndlewer dari lubang hidungnya.

“Lho tentu ada sebabnya” timpal saya pada Aceng (ingat ini nama samaran lho). Diapun menceritakan secara kronologis, dari ia pisah ranjang dengan isteri pertama hingga pernikahan dengan seorang gadis belia yang berumur 18 tahun kurang sedikit dan yang akhirnya diceraikan itu.

Lho kok diceraikan, katanya kamu -­ saya hanya berkamu-kamu, lantaran usia saya jauh lebih tua dari usianya dan dia meminta nasihat dan pendapat pada saya- mencari pendamping hidup yang bisa membantu tugasmu yang katamu maha berat itu.

Si Aceng (nama samaran lho) mengumpamakan menikah itu seperti membeli baju, ketika ternyata bajunya sobek “ Apa salah jika saya mengembalikan baju tersebut” ujarnya dengan pede. Mencari isteri kok disamakan membeli baju. Saya sampai garut-garut kelapa, eh garuk kepala, mendengar jawaban Si Aceng itu. Woalah Ceeeeeng....aceng.

He Ceng !!, apakah kamu jika membeli sesuatu di toko tidak pernah membaca peringatan “Barang yang sudah dikembalikan tidak bisa dibeli” eh, kebalik ya “Barang yang sudah dibeli tidak bisa dikembalikan”, itu baju Ceng, barang mati Ceng. Ini manusia lho Ceng, ingat maaaa-nuuuu-siiii-aaaaaa lho Ceng bukan gombal amoh seperti yang kamu sangkakan terhadap diri wargamu yang seharusnya kamu lindungi dan ayomi itu. Bagaimana cara menbina wargamu, dan kapan kamu memikirkan wargamujika kamu hanya berimajinasi tentang syahwat melulu.

Uang puluhan juta terlanjur habis hanya untuk menguber kulit tipis yang ternyata sudah tiris dan akhirnya kamu meringis, ih najisss . Miriiissss!!!

Lagi Ceng, jika mencari isteri ibarat membeli baju. Jika ternyata bajunya koyak, bajunya kamu kembalikan, dan jika bajunya utuh akan kamu pakai. Apakah kamu tidak sadar Ceng bahwa baju itu tidak mungkin kamu pakai selamanya. Bukankah pakaian itu lama-lama akan lusuh, usang, amoh dan memet. Demikian juga isterimu kelak, dia akan TOP ( tua, ompong, peot). Apa lantas isterimu akan kamu masukkan tong sampah dan kamu beli isteri lagi seperti membeli baju, biar selalu baru terus. Hoalaaahh....Ceeeengng....aceng. Kaya gitu kok Bupati, eh Bupati kok kayak gitu.

Heh Ceng !!, tatap mata saya, dengarkan omongan saya, kok kethap-kethip, katanya minta saran !!!

Memang kamu masih muda, ganteng (seperti yang kamu ucapkan ketika kamu diwawancarai reporter TV One) dan (sudah pasti) kaya, ya iyalah mana ada bupati kere. Dan banyak yang mengatakan kamu bukan malaikat atau nabi, wek ee..ee ee..ee...mana ada malaikat jadi bupati. Dan bukan Nabi, bukan nabi kok mau ikut-ikutan seperti nabi. Ingat Ceng, nabi itu nikah bukan karena nafsu atau milih-milih yang masih kinyis-kinyis. Dan Nabi nikah itu justru untuk meningkatkan harkat dan harga diri perempuan bukan sebaliknya, nggak kayak kamu Ceeeeengng......aceng.

Eh Ceng!!, memang nggak salah kamu milih bini yang masih perawan thing-thing, akan teetaapiiiiiii....................................................(agak lama biar kayak Timbul Srimulat, hehehehe)......... akan tetapiiiii coba raba (maksud saya introspeksi) apakah kamu juga masih perjaka thong-thong ?, atau mungkin kamu lupa bahwa kamu juga sudah pernah menggagahi (kalo perempuan digagahi, laki-laki menggagahi) perempuan, terutama isterimu dan mungkin beberapa perempuan lain? Maaf bukan menuduh, mungkiiiin lho mungkiiiin.

Heh Ceng, kalau binimu (perempuan) kamu bisa merieriksa apakah dia masih perawan atau sudah #XZ$&?>&. Lha kalo kamuuiiii (laki-laki) bagaimana caranya binimu tahu bahwa kamu (laki-laki) benar-benar masih Joko thong-thong. Minta bini yang masih suci, kamu sendiri moralnya perlu dicuci. Jangan egois dong ah , Ceng.

Ah sudah lah, nanti malah dosamu pindah ke saya, gara-gara ngromet sendiri. Kamu kawin saya nggak rugi, kamu ceraipun nggak ada untungnya buat saya. Cuma kalo nggak ikutan latah kayak yang laen takut bisulan saya.Hehehehehe.

Oh ya hampir lupa saya Ceng, kalo mau cari bini yang masih ting-ting ada beberapa Kompasianer yang bisa dihubungi untuk mencarikan, dia ahli kalo soal begituan itu. Pertama, inisialnya saja ya, HFK dan yang ke dua AK. Dijamin kamu puas Ceeeengng...aceng.

Heh Ceng kamu bilang semua orang ngomongin kamu, dan wargamu banyak yang demo gara-gara ulah(anu)mu. Mau tak kasih solusi agar aman dan tenang hidupmu. Gini caranya Ceng, mundur aja Ceng dari bupati, resiko menjadi public figur itu berat lho Ceng, kalo kamu sudah mundur dari bupati tak jamin nanti orang pada diem percayalah. Apaaaa katamu ? takut nggak ada penggantinya? Takut nanti penggantinya nggak layak jadi bupati seperti kamuuuu, heh Ceng jangan menghina orang lho! Adaaaa, ada penggantinya, saya juga mau kok menggantikan jadi bupati.Hehehhhehehe.

Terakhir Ceng, ini saran saya, namamu dirubah saja Ceng jangan pakai nama Aceng nama ini kalo diketahui Bain Saptaman bisa diplintir lho, bisa bahaya. Dan agar bisa fokus mikirin wargamu, tidak hanya mikirin begituan terus. Hehehehehehe.....maaf ya Ceng, santai aja Ceng hanya intermezzo. Ceeeeeengngng............aceng.

BANYAK JALAN MENUJU ROMA

BERJUTA JALAN UNTUK JATUH

*****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline