Lihat ke Halaman Asli

"Perang Badar" Telah Memakan Korban

Diperbarui: 23 Juni 2015   21:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maaf Admin, tolong tulisan ini jangan dihapus, saya usahakan cukup 70 kata, atau mungkin lebih sedikit. Terimakasih.

-----

Perang Badar. Siapakah korban Perang Badar itu? Singkat saja, ini kisahnya. Saya salah satu member Kompasiana sejak 30 Juli 2011. Sebulan lagi akan berulang tahun yang ketiga. Kalau akunnya tak dibekukan tapi, hehehehe..... Semoga tidak. Selain aktif menulis (tidak seperti Pakde Kartono One Day One Posting) satu minggu satu tulisan, saya aktif membaca tulisan teman-teman Kompasianer. Saya juga sering membaca dan memberi komentar-komentar artikel-artikel di kompas.com.

Dari membaca berita di kompas.com (nah inilah awal “malapetaka” itu) itu saya menemukan berita yang mengerikan. Mengapa saya sebut mengerikan? Pasalnya, disitu diberitakan bahwa Bapak Amien Rais di Masjid Agung Al Azhar itu memberikan tausiyah, yang isinya, dalam memenangkan capres Prabowo-Hatta akan menerapkan strategi Perang Badar, seperti yang dilakukan Rasulullah ketika memerangi kaum kafir Quraisy pada tahun 2 hijriyah. Yang penting, kita menangkan dulu pertarungan (pilpres) ini , jangan membicarakan soal pampasan perang ujar Bapak Amien Rais, diantaranya.

Meskipun saya juga beragama Islam. Saya tidak sepakat, bahkan saya mengutuk keras atas orasi politik (tausiyah?) Bapak Amien Rais itu. Pasalnya, konteksnya itu tidak tepat. Tak hanya itu, tempatnya pun salah. Kalau di lapangan terbuka atau bukan ditempat ibadah, itu mungkin masih bisa diterima. Ini kan masalah politik, masalah perebutan kekuasaan, kenapa membawa-bawa (memperalat) agama?

Untuk menyuarakan penolakan saya atas ajakan Bapak Amien Rais kepada umat Islam dengan strategi Perang Badarnya itulah saya membuat sebuah tulisan yang saya beri judul “Perang Badar”.

Namun, saya akui nadanya terlalu emosional, dalam tulisan  tausiyah itu saya sebut sebagai   propaganda,  provokasi atau agitasi. Mungkin oleh Admin dianggap terlalu ekstrim, makanya tulisan saya yang berjudul “Perang Badar” itu “diamankan” oleh Admin. Hanya berusia 1 jam sebelum akhirnya almarhum.

Itulah yang saya maksud korban dari “Perang Badar”, tulisan saya yang menjadi korban. Untung akunnya tidak ikut jadi korban. Hehehehe, kasihan deh loe.

Sebagai penumpang gratis, saya memaklumi tindakan admin yang secara cepat menghapus tulisan saya itu, demi kenyamanan kita bersama.

Admin, saya mohon maaf atas tulisan saya yang terlalu emosional itu. Saya tidak akan mengulangi lagi hal itu. Dan saya sangat mengucapkan ribuan terimakasih pada Admin, karena akun saya tidak ikut langsung dibekukan.

Demikianlah, semoga “kegegabahan” saya ini bisa menjadi pelajaran kita bersama, terutama bagi saya pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline