Dalam postingan sebelumnya, telah saya sampaikan delapan ketakutan terkait pernikahan yang melanda generasi Z. Sebuah ketakutan yang menjalar seiring maraknya postingan di media sosial. Simak kembali ulasannya di sini.
Salah satu dari ketakutan yang mereka miliki adalah takut kehilangan kebebasan. Selama menjadi lajang, mereka terbiasa mengekspresikan kebebasan. Namun begitu menikah, khawatir tak bisa lagi menikmati indahnya kebebasan itu; karena terikat komitmen seumur hidup.
Di sisi lain, mereka juga takut kehilangan cinta. Mungkin sebelum menikah dan di awal pernikahan, cinta itu begitu nyata. Namun mereka takut tak bisa menjaganya di sepanjang kehidupan pernikahan.
Mereka tidak sadar, bahwa itu adalah dua ketakutan yang paradoks. Menghendaki kebebasan sepenuhnya dalam pernikahan, sama artinya dengan menghindari komitmen. Padahal, cinta itu muncul dan dijaga dengan komitmen. Mustahil bisa menjaga cinta, jika tidak bersedia memberikan komitmen.
Sebagaimana dinyatakan Kate Kerrigan dalam bukunya Recipes for a Perfect Marriage (2002), cinta identik dengan komitmen. Kerrigan menyatakan, "You can make a commitment to love, but you cannot truly love without commitment. Anda bisa membuat komitmen terhadap cinta, tapi Anda tidak bisa benar-benar mencintai tanpa komitmen".
Pernikahan Memberikan Banyak Benefit Bagi Laki-laki
"Married men are healthier and happier than unmarried men, and they also live longer and earn more money. This is the case even for men in mediocre marriages. Whereas for women, marital benefits are tied more strongly to marital quality" (Nicole Sheehey, 2022).
Di antara pertimbangan penting bagi laki-laki dalam mengatasi ketakutan menikah adalah mitigasi dampak. Banyak studi menunjukkan, pernikahan telah memberikan sangat banyak dampak positif dan benefit, terutama kepada kaum laki-laki.
Nicole Sheehey (2022) mengutip hasil sebuah studi menyatakan, lelaki yang menikah lebih sehat dan bahagia dibandingkan lelaki yang belum menikah. Melalui pernikahan, laki-laki diketahui hidup lebih lama dan menghasilkan lebih banyak uang.
Bahkan kondisi itu terjadi pada laki-laki yang memiliki perkawinan biasa-biasa saja. Tidak harus bernilai istimewa atau sempurna untuk mendapatkan kondisi sehat, bahagia, panjang umur, dan sejahtera tersebut. Artinya, kaum laki-laki hendaknya memahami bahwa dampak pernikahan sangat menguntungkan bagi dirinya.