Perjalanan haji dan umrah bukan saja menunaikan ibadah mahdhah. Namun merupakan perjalanan menapaki sejarah wahyu dan kenabian.
Ketika berada di Mekkah, jamaah haji dan umroh bisa mengunjungi gua Hira. Inilah gua yang sangat bersejarah bagi umat Islam di seluruh dunia. Bukan karena gua yang hebat atau sakti, namun karena menjadi saksi bahwa di tempat itulah turun wahyu pertama kali.
Ketika usia Nabi saw mendekati 40 tahun, beliau telah banyak merenungi keadaan kaumnya dan menyadari bahwa sangat banyak keadaan yang tidak sejalan dengan kebenaran. Beliau pun mulai sering 'uzlah (mengasingkan diri) dan tahannuts (menyepi) dari kaumnya.
Beliau biasa ber-tahannuts di Gua Hira yang terletak di Jabal Nur, dengan membawa bekal air dan roti gandum. Gua Hira merupakan gua kecil yang berukuran lebar 1,75 hasta dan panjang 4 hasta dengan ukuran dzira' hadid (ukuran hasta dari besi).
Beliau tinggal di dalam gua tersebut selama bulan Ramadhan. Beliau menghabiskan waktu untuk banyak merenungi kekuasaan Allah di alam semesta. Selama perenungan itu juga beliau semakin menyadari keterpurukan kaumnya yang jahiliyah.
Ketika usia beliau genap 40 tahun, tanda-tanda kenabian semakin nampak dan bersinar. Di antaranya ada sebuah batu di Mekkah yang mengucapkan salam kepada beliau. Beliau saw bersabda,
"Sungguh aku mengetahui sebuah batu di Mekkah yang mengucapkan salam kepadaku sebelum aku diutus (menjadi Nabi). Dan aku masih mengenalkan sampai sekarang" (HR. Muslim no. 2277).
Kemudian di antara tanda lainnya adalah mimpi-mimpi beliau semakin jelas, yang disebut dengan ru'ya ash-shalihah atau ru'ya ash-shadiqah. Ini merupakan salah satu tanda kenabian. Rasulullah saw bersabda, "Mimpi yang benar adalah salah satu dari 46 tanda kenabian" (HR. Muslim no. 2263).
Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam Fathul Bari mengatakan, "Al-Baihaqi mengisahkan bahwa masa ru'ya ash-shalihah berlangsung selama 6 bulan. Berdasarkan hal ini, maka permulaan kenabian dengan adanya ru'ya ash-shalihah terjadi pada bulan kelahiran beliau yaitu Rabi'ul Awwal, setelah beliau genap 40 tahun. Sedangkan wahyu dalam kondisi terjaga terjadi pada bulan Ramadhan".
Bagaimana cara ibadah Rasulullah saw pada masa itu? Az-Zarqani dalam kitab Syarh Al-Mawahib berkata, "Secara umum dipahami bahwa (ibadah beliau adalah) sebatas menyendiri dan menjauhi masyarakatnya yang jahiliyah. Itulah bentuk ibadahnya". Ibnu Al-Murabith mengatakan bahwa beliau beribadah dengan jalan tafakkur.