Kemaren sore (14/10) saya mengobrol ringan di Masjid Kampus UGM Yogyakarta, tentang Marriage Fears. Pesertanya mayoritas adalah generasi Z yang masih kuliah.
Saya bertanya di forum, adakah yang berkenan sharing tentang ketakutan menikah yang mereka rasakan? Tiga orang spontan angkat tangan dan menceritakan hal yang menjadi ketakutan menikah. Ada beberapa bentuk ketakutan yang mereka ungkapkan.
Saya langsung nyambung dengan sebuah survei yang dilakukan Dian Kinayung, dosen Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Survei yang melibatkan 196 mahasiswa, dengan rentang usia 17 -25 tahun tersebut meneemukan, sebanyak 84 % responden mengaku memiliki ketakutan untuk menikah.
Lebih jauh, saya segera mencari informasi tambahan. Apa saja yang umumnya menjadi faktor ketakutan menikah. Saya himpun faktor-faktor yang dikemukakan dalam 4 artikel, karya Nicole Sheehey (2022), Scott Stanley (2014), Sheryl Paul (2013) dan Kendra Cherry (2023).
Ada banyak faktor yang menjadi ketakutan menikah. Saya ambil 8 poin, yang umumnya dibahas oleh empat artikel yang saya akses.
- Takut perceraian
Pertama, banyak generasi Z takut akan perceraian. Mereka mengetahui sejumlah dampak negatif adanya perceraian. Wajar jika menjadi khawatir pernikahan mereka kandas.
- Takut perselingkuhan
Kedua, banyak generasi Z takut adanya perselingkuhan. Apakah pasanganku akan setia kepadaku? Sangat banyak berita di media mainstream maupun media sosial tentang maraknya perselingkuhan yang membuat aroma ketakutan menikah semakin mengemuka.
- Takut meniru kondisi pernikahan orang tua
Ketiga, sebagian generasi Z berasal dari keluarga broken home. Mereka takut jika menikah akan mengalami kondisi yang sama dengan keluarga orangtua.
- Takut kehilangan cinta
Keempat, sebagian generasi Z takut akan kehilangan cinta dalam pernikahan mereka. Mungkin sebelum menikah dan di awal pernikahan, cinta itu begitu nyata. Namun mereka takut tak bisa menjaganya.
- Takut kehilangan kebebasan
Kelima, sebagian generasi Z takut kehilangan kebebasan. Selama lajang, mereka terbiasa mengekspresikan kebebasan. Namun begitu menikah, khawatir tak bisa lagi menikmati indahnya kebebasan itu.
- Takut masalah keuangan