"Tidak harus menjadi juragan tanah untuk bisa berangkat ke tanah suci. Para buruh tani yang tak punya tanah pun banyak yang bisa menunaikan umroh dan haji".
...
Ibadah haji dan umrah bagi masyarakat Indonesia menjadi perjalanan ibadah yang memerlukan persiapan sangat khusus. Salah satunya adalah karena biaya yang tidak sedikit.
Namun, ibadah ke tanah suci bukanlah ibadahnya orang kaya saja. Sangat banyak orang-orang ekonomi lemah yang mampu berangkat haji dan umroh, karena kegigihan usaha mereka yang dikabulkan Allah.
Salah satu contohnya adalah Juan (75 tahun), warga Probolinggo. Ia bisa berangkat haji pada tahun 2018 lalu, setelah 8 tahun menabung setiap hari. Pekerjaan sehari-hari sebagai buruh tani yang penghasilannya tidak menentu.
Juan mulai menabung untuk haji setelah kewajiban membiayai sekolah 8 anaknya selesai. Saat tabungannya sudah terkumpul Rp 3 juta, Juan mendaftarkan haji melalui Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH). Bersyukur KBIH bersedia membantu Juan dengan dana talangan.
Untuk melunasi biaya hajinya, Juan terus giat bekerja dan menabung. Ia mengerjakan berbagai hal yang diminta orang, seperti memotong kayu, membersihkan kebun, dan sebagainya. Di antara tabungannya berbentuk sapi. Ia menutup biaya ONH dengan menjual seekor sapinya.
Bahkan ia membangun sebuah mushola di dekat rumahnya. Dia mencari batu dan pasir sungai yang dia usung sendiri sedikit demi sedikit. Dia gunakan untuk membangun mushola yang selesai dalam waktu empat tahun. Kisah selengkapnya, simak di sini.
Kisah serupa dialami pasangan buruh tani, Atmo Sugito (67 tahun) dan Sugihartini (64 tahun), warga Sragen. Mereka sangat bersyukur bisa berangkat haji pada tahun 2024 ini.
Atmo dan Sugihartini merupakan keluarga sederhana, yang sehari-hari bekerja sebagai buruh tani karena tidak memiliki sawah sendiri. Mereka menyewa tanah untuk diolah dan ditanami padi serta palawija.