Lihat ke Halaman Asli

Cahyadi Takariawan

TERVERIFIKASI

Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

H-22 Menuju Tanah Suci

Diperbarui: 8 Oktober 2024   05:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemulung, www.kompas.com

Ibadah haji dan umrah bagi masyarakat Indonesia menjadi perjalanan ibadah yang mmerlukan persiapan sangat khusus. Selain karena perjalanan sangat panjang, ditambah harus menyediakan waktu, tenaga dan biaya yang tidak sedikit.

Namun biaya umroh dan haji yang tidak sedikit itu, bukan hanya bisa dibayarkan oleh mereka yang kaya raya. Banyak orang berkelimpahan harta, kaya raya, namun belum tergerak hatinya pergi beribadah ke tanah suci. Padahal sudah biasa berkeliling berbagai negara.

Kisah pemulung bisa pergi haji atau umroh ke tanah suci, sudah banyak kita dengarkan. Menjadi salah satu bukti bahwa berangkat ke tanah suci bisa dilakukan oleh siapapun hamba yang telah memiliki niat dengan bersungguh-sungguh. Allah akan memudahkan langkah mereka.

Khumaidi (49 tahun) adalah lelaki asal Mojokerto, yang sehari-harinya bekerja sebagai pemulung barang bekas. Ia dan istrinya, Siti Fatimah (45 tahun) bersyukur karena bisa menunaikan haji ke tanah suci tahun 2024 ini.

Pertama kali keinginan untuk mendaftar haji berasal dari sang istri. Awalnya Khumaidi sempat pesimis karena merasa hanya seorang pemulung. Penghasilan tak seberapa.

Namun, karena keinginan sang istri pergi haji begitu kuat, akhirnya Khumaidi menanggapi dengan bekerja lebih keras. Tahun 2011 mereka berdua mendaftar haji.

Setelah mendaftar, Khumaidi berjuang mengumpulkan uang dengan menabung sebagian besar pendapatannya dari memulung barang bekas. Rata-rata, ia bisa memperoleh penghasilan sekitar seratus ribu per hari.

Dari penghasilan itu, 25 ribu digunakan untuk keperluan sehari-hari; 75 ribu digunakan untuk tabungan haji. Kisah selengkapnya, simak di sini.

Demikian pula kisah mbok Karyati (68 tahun), seorang pemulung asal Probolinggo. Selama 20 tahun, ia menyisihkan sebagian jerih payahnya sebagai pengais barang bekas plastik dan kertas. Janda dengan 4 orang anak ini berkeyakinan bahwa ia bakal bisa naik haji.

"Ketika uang sudah terkumpul Rp 40 juta, ada seseorang yang meminjam uang saya dan tidak dikembalikan. Padahal saat itu sudah mau didaftarkan. Saya hanya bisa pasrah namun saya tidak mau putus asa," ujar Mbok Karyati.

Bermodal sepeda butut, Mbok Karyati keliling dari kampung ke kampung mengumpulkan barang bekas. Dalam sehari, upah memungut barang bekas sebesar Rp 10 ribu. Yang Rp 5 ribu ia tabung dan yang Rp 5 ribu ia gunakan untuk makan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline