Lihat ke Halaman Asli

Cahyadi Takariawan

TERVERIFIKASI

Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

H-23 Menuju Tanah Suci

Diperbarui: 7 Oktober 2024   10:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tribun News www.tribunnews.com

Ibadah haji dan umrah bagi masyarakat Indonesia menjadi perjalanan ibadah yang sangat istimewa. Mengapa demikian? Karena harus menempuh perjalanan sangat panjang, dengan waktu, tenaga dan biaya yang tidak sedikit.

Sangat banyak warga masyarakat yang berjuang untuk pergi ke tanah suci dengan jalan menabung setiap hari. Padahal jika menyaksikan pekerjaan mereka bukanlah jenis pekerjaan yang bisa menghasilkan banyak uang.

Setiap tahun kita mendengar kisah-kisah mengharukan dari para jamaah haji dan umroh yang mampu berangkat ke tanah suci. Perjuangan menuju tanah suci merupakan sebentuk ibadah tersendiri yang memberikan banyak pahala kebaikan kepada mereka.

Menjual sayur keliling kampung, atau keliling dari rumah ke rumah, adalah pekerjaan yang tampak 'sederhana'. Namun dari kegigihan usaha menabung setiap hari, banyak penjual sayur berhasil pergi haji. Kisah ibu Marliah --seorang perempuan warga Jombang Jawa Timur, berangkat haji pada tahun 2019 lalu menjadi salah satu contohnya.

Biaya haji didapatkan dari kegigihannya menyisihkan sebagian penghasilan dari berjualan sayur keliling. Pekerjaan sebagai 'bakul ijo' sudah dijalani bu Marliah selama lebih dari 35 tahun.

Marliah mendaftar haji pada tahun 2011. Sejak saat itu dirinya rutin menabung setiap hari setidaknya Rp 10.000 untuk biaya haji. Akhirnya Allah panggil Marliah ke tanah suci 8 tahun kemudian.

Kisah serupa dialami oleh ibu Mawati --seorang ibu rumah tangga (47 tahun) tinggal di Bantaeng, Sulawesi Selatan. Ia adalah seorang pedagang sayur keliling. Sejak tahun 2000 Mawati berdagang sayur keliling.

Setiap hari, ia menyisihkan sebagian penghasilannya berjualan sayur keliling untuk tabungan haji. Setoran awalnya Rp. 21 juta saat itu. Setelah mendaftar, ia makin rajin menabung untuk melunasi biaya ibadah haji. Mawati akhirnya berangkat haji tahun 2022.

Demikian pula kisah pasangan suami istri lansia, Sahyun (75 tahun) dan Kaidah (71 tahun), asal Lombok Timur NTB. Mereka berdua sangat bersyukur karena bisa menunaikan ibadah haji ke tanah suci tahun 2019 lalu.

Biaya haji didapatkan dari hasil berjualan rujak buah. Setiap hari Sahyu berjualan rujak buah. Dia selalu berusaha menabung walau jumlahnya kecil, hanya Rp 5.000 per hari.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline