Umroh adalah perjalanan yang penuh perjuangan. Kita semua mengenang perjuangan seorang ibu yang amat mulia, Bunda Siti Hajar.
Dalam kondisi menyusui bayi kecil, Ismail, ia harus ditempatkan di sebuah lembah tandus dan sepi. Hanya berdua saja. Tak ada siapapun lagi manusia, kecuali mereka berdua. Seorang ibu dan seorang bayi.
Setelah meninggalkan Hajar dan bayi Ismail di lembah gersang dan tak berpenghuni, atas perintah Allah, Nabi Ibrahim melangkah pergi.
Sepeninggal Ibrahim, Hajar mulai mengurus Ismail yang masih menyusui. Ia memakan kurma dan meminum dari air yang ditinggalkan Ibrahim.
Hingga ketika air sediaan telah habis, Hajar mulai kehausan, begitu pula Ismail. Hajar berlari meninggalkan putranya menuju bukit terdekat. Inilah bukit Shafa.
Hajar naik ke bukit, berdiri dan memandangi lembah yang baru saja ia tinggalkan. Berharap ada orang lain untuk dimintai pertolongan. Ternyata tidak ada seorangpun. Ia juga tidak menemukan air untuk diminum.
Hajar turun dari bukit Shafa dan berlari kecil melewati lembah sehingga sampai ke bukit berikutnya. Inilah bukit Marwah (Marwa). Ia berdiri untuk memeriksa, apakah ada air atau ada seseorang yang bisa dimintai pertolongan? Tidak ada air, tidak terlihat seorang manusia pun.
Hajar melakukan usaha itu sampai tujuh kali. Berlari kecil dari Shafa ke Marwah. Sebuah usaha dan perjuangan yang luar biasa.
Ibnu Abbas menyataan bahwa Nabi saw bersabda, "Itulah asal mula manusia melakukan sa'i di antara keduanya (Shafa dan Marwah)" (HR. Bukhari, no. 3364 dan 3365).
Dari sinilah syariat sa'i untuk jamaah haji maupun jamaah umroh mulai diberlakukan. Nabi saw bersabda, "Lakukanlah sa'i karena Allah mewajibkan kepada kalian untuk melakukannya" (HR. Ahmad).