Lihat ke Halaman Asli

Cahyadi Takariawan

TERVERIFIKASI

Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Urip Iku Mung Mampir Ngombe (Kopi)

Diperbarui: 3 Agustus 2024   21:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumen pribadi

"Dunia ini adalah persinggahan, bukan tempat menetap," ujar Imam Al-Ghazali. "Manusia adalah pengembara. Persinggahan pertamanya kelak adalah di dalam liang lahat", lanjutnya.

"Setiap napas yang berhembus bagaikan langkah-langkah kaki yang terus bergerak mendekati persinggahan terakhir," ungkap Al-Ghazali (dalam: At-Tibr al-Masbuk fi Nasihati al-Muluk).

Demikianlah yang telah paripurna diajarkan oleh Nabi saw. "Apalah artinya dunia ini bagiku. Apa urusanku dengan dunia? Sesungguhnya perumpamaanku dan dunia ialah seperti pengembara yang berteduh di bawah pohon, ia istirahat (sesaat) kemudian meninggalkannya" (HR. Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Al-Hakim. Imam At-Tidmidzi berkata, "Hadits hasan sahih").

Beliau saw juga bersabda, "Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau seorang musafir".

Ali bin Abi Thalib mengingatkan kita semua, agar menjadi anak-anak akhirat. Bukan menjadi anak-anak dunia, karena dunia ini hanya sementara.

"Sesungguhnya dunia akan pergi meninggalkan kita, sedangkan akhirat pasti akan datang. Masing-masing dari dunia dan akhirat memiliki anak-anak. Hendaklah kalian menjadi anak-anak akhirat dan jangan menjadi anak-anak dunia. Hari ini adalah hari amal bukan hisab, sedang kelak adalah hari hisab bukan amal," demikian nasihat Ali bin Abi Thalib (dalam: Jami'ul 'Ulum wal Hikam).

Umar bin Abdul Aziz mengingatkan kita semua, "Sesungguhnya dunia bukan negeri yang kekal bagi kalian karena Allah telah menetapkan kehancuran bagi dunia dan memutuskan bahwa penghuninya akan pergi".

"Betapa banyak bangunan yang kokoh tidak lama kemudian hancur atau roboh," lanjut Umar bin Abdul Aziz. "Betapa banyak orang mukim yang sedang bergembira tidak lama kemudian dia meninggalkan dunia".

"Karena itu, hendaklah kalian memperbaiki kepergian kalian darinya dengan kendaraan paling baik yang ada pada kalian. Dan berbekallah, sesungguhnya bekal paling baik ialah takwa," sambung Umar bin Abdul Aziz (dalam: Hilyatul Auliya').

Dalam tradisi masyarakat Jawa, falsafah ini diistilahkan dengan "urip iku mung mampir ngombe". Bahwa orang hidup itu hanyalah sebentar, bagaikan rehat sejenak untuk minum.

Apapun yang ingin kau dapatkan dalam kehidupan dunia --jika berhasil kau dapatkan, hanya akan engkau nikmati sebentar saja. Selama orang singgah minum. Berapa menit?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline