Lihat ke Halaman Asli

Cahyadi Takariawan

TERVERIFIKASI

Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Kebosanan dalam Pernikahan dan Reality Show Palsu

Diperbarui: 23 Juli 2024   05:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://seekersguidance.org/

Pada umumnya kebosanan dan kelelahan dalam pernikahan mulai dirasakan setelah berakhirnya masa bulan madu. Simak postingan sebelumnya di sini. Lalu bagaimana cara mengatasi gejala kebosanan dalam pernikahan?

Jika Anda mulai merasakan kebosanan dan kelelahan dalam pernikahan, harus diwaspadai dan segera dilakukan tindakan pencegahan. Jangan biarkan kebosanan dan kelelahan bercokol dalam kehidupan pernikahan Anda. Berikut 10 cara mengatasinya, menurut Dr. Hafiz Muneeb, seorang ahli kesehatan dan sekaligus bloger produktif di platform Medium.

Pertama, jangan bandingkan hubungan Anda

Hidup di era sosial media membuat kita sangat mudah membandingkan. Instgram memajang foto-foto cewek cantik, membuat sebagian suami membandingkan dengan istrinya yang tidak cantik.

Tiktok memerkan video kebahagiaan seorang perempuan yang tengah wisata ke Turki bersama keluarga. Ini membuat sebagian istri membandingkan dengan kehidupan keluarganya yang tak pernah keluar negeri.

"Capek punya istri ga ada cantik-cantiknya sama sekali", mungkin demikian pikiran seorang suami.

"Bosan banget punya suami gak ganteng kayak artis Korea," mungkin demikian perasaan seorang istri.

"Susah banget kehidupan kita, tidak seperti orang-orang lain", mungkin seperti itu persepsi sebagian suami atau istri karena menyaksikan postingan orang lain di media sosial.

Benar ungkapan Shane Parrish, "The greatest killer of happiness is comparison". Sebagaimana ungkapan Theodore Roosevelt yang sangat populer, "Comparison is the thief of joy." Ungkapan yang sangat tepat, karena kebahagiaan hidup bersama pasangan bisa rusak karena membandingkan hubungan mereka dengan hubungan romantis keluarga lain.

Maka, jika menemukan pameran romantisme di media sosial, ingatlah "Social media is just a false reality show. Media sosial hanyalah sebuah reality show palsu" (Hafiz Muneeb, 2022). Apa yang tampak bahagia, itu hanya reality show yang palsu. Kenyataannya tidak selalu begitu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline