Lihat ke Halaman Asli

Cahyadi Takariawan

TERVERIFIKASI

Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Pelajaran Lebih 30 Tahun Menjalani Hidup Berumah Tangga

Diperbarui: 12 Juli 2024   19:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumen pribadi

Tidak terasa, pada bulan Juli 2024 ini, kami berdua telah menjalani kehidupan berumah tangga lebih dari 30 tahun. Sebuah masa yang tidak pendek, juga tidak panjang. Ada banyak pasangan lebih panjang usia pernikahannya dari kami, dan ada banyak pasangan yang belum sepanjang kami.

Hal apa yang kami dapatkan dan kami pelajari dari perjalanan lebih dari 30 tahun berumah tangga? Tentu sangat banyak mutiara hikmah bertaburan di sepanjang kehidupan.

Salah satunya adalah kemampuan menghindari jebakan rutinitas yang mekanik dan monton. Hendaknya suami dan istri mampu mengelola aktivitas dengan berbagai variasi sehingga tidak membosankan.

Seperti ketika kita rutin mengonsumsi nasi sehari tiga kali, kita tidak bosan karena pandai membuat variasi tampilan. Pagi nasi goreng atau nasi kuning. Siang nasi sup. Malam nasi uduk atau nasi oseng. Tak terasa puluhan tahun mengonsumsi nasi, namun tak pernah mengeluh bosan.

Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Personality and Social Psychology (2000) meneliti tentang perilaku pasangan terhadap aktivitas keseharian. Para peneliti membagi pasangan ke dalam dua kelompok tugas.

Satu kelompok diminta melakukan tugas yang cenderung "rutin dan membosankan". Sedangkan kelompok kedua diminta melakukan tugas yang cenderung lebih "menantang dan menyenangkan".

Para peneliti menemukan bahwa pasangan yang melakukan tugas-tugas yang lebih menyenangkan dan menantang, ternyata lebih puas dalam hubungan mereka. Ini bukan sekedar tentang mencoba hal-hal baru, tapi juga menjadi lebih berani.

Sedangkan pasangan yang melakukan kegiatan rutin dan monoton, lebih rendah nilai kepuasan pernikahan mereka. Ini menandakan mereka kurang tantangan dan kurang variasi (Kristine Fellizar, 2018).

Rupa-rupanya pasangan suami istri harus mendapatkan tantangan baru, sehingga otak akan dirangsang untuk mendapatkan hal-hal baru. Hormon kebahagiaan akan cenderung meningkat ketika mendapatkan hal-hal baru dalam kehidupan.

Bahan Bacaan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline